Self Reflection : Hi Bye Mama (K-Drama) Part 1


Source: Asian Wiki


Beberapa waktu belakangan ini, Emak sedang menonton Drama Korea berjudul 'Hi Bye Mama'. Drama fiksi ini sebetulnya cukup sederhana dan tidak ada pemeran antagonisnya. Namun membawa Emak pada refleksi yang cukup mendalam.

Drama ini bercerita mengenai seorang ibu bernama Cha Yu Ri yang meninggal sesaat setelah melahirkan anaknya dan kemudian ia menggentayangi kehidupan anak serta suami dan istri barunya. Suatu ketika ia marah kepada Dewa karena merasa tidak adil atas hidupnya yang berakhir tanpa bisa mendampingi buah hatinya dan membuat buah hatinya bisa melihat arwah arwah lain akibat terus digentayangi olehnya. Akhirnya, Dewa memberi kesempatan baginya untuk hidup kembali selama 49 hari sebagai manusia dan bertemu dengan orang orang yang ia kenali semasa hidup.

Awalnya, cerita dalam drama ini tampak mustahil. Namun, setiap episodenya mengandung bawang yang juga membawa Emak ke dalam momen momen refleksi. Refleksi mengenai makna hidup, kematian, peran peran diri selama hidup sebagai anak, istri, sahabat, dan tentunya yang menjadi fokus utama dalam film ini adalah peran sebagai ibu. Dari mana ya Emak mengawali cerita mengenai refleksi Emak dari film ini? Barangkali harus mundur ke beberapa tahun yang lalu.

Entah dimulai sejak kapan, tapi sejak dulu Emak punya kebiasaan untuk mengecek teman teman yang dianggap dekat via chat (jarang sih lewat telepon) untuk menanyakan kabar, berbagi cerita, dan bercanda. Entah apa juga yang mendorong Emak. Tapi pun ketika kami sudah tidak lg bersekolah bersama, sudah lulus kuliah, Emak masih suka melakukan itu. Meskipun ketika sudah lulus dan memasuki dunia kerja, perlahan pada beberapa orang respon responnya mungkin tidak sehangat dan seramai dulu. Penyesuaian dengan kehidupan baru, kesibukan pekerjaan dan teman teman baru adalah hal yang lumrah sekali. Meskipun demikian, Emak terkadang masih suka menyapa tak peduli seperti apapun balasannya. Emak saat itu hanya tidak ingin menyesal karena tidak sempat menanyakan kabar atau menyampaikan rasa rindu ketika salah satu dari kami telah tiada.

Di dalam film ini, dua tema yang sangat terasa related dengan hidup Emak. Yakni hubungan dengan sahabat, dan peran ibu. Emak bahas dulu terkait sahabat ya. Nah di dalam film, ada adegan adegan yang menggambarkan bagaimana Cha Yu Ri begitu dekat dengan sahabatnya semasa hidup. Begitupun ketika ia menjadi manusia dan berkesempatan bertemu lg dengan sahabatnya, rasanya begitu campur aduk. Haru, sedih, senang, bingung, rindu. Tema persabatan ini membuat Emak merenung cukup lama.

Kehilangan sahabat karena terpisah oleh kematian pernah Emak alami sendiri. Mengalami rasanya kehilangan seseorang yang tidak pernah absen menanyakan kabar, menjadi teman suka dan duka juga menggila bersama. Penyesalan pernah dirasakan tatkala mengingat bahwa di momen momen menjelang akhir hayatnya, sahabat Emak beberapa kali mengajak bertemu namun Emak tolak karena saat itu ada satu project pekerjaan yang sedang padat-padatnya. Tapi, penyesalan tidak pernah dapat mengembalikan kematian layaknya di dalam drama korea ini. Seandainya punya satu kesempatan bertemu lagi seperti dalam film, entah apa pula yang akan dilakukan dan entah bagaimana rasanya.

Sejak hari itu, Emak berusaha untuk tetap melakukan kebiasaan lama yaitu secara rutin mengecek teman-teman dekat, sekedar menanyakan kabar dan memastikan bahwa Emak ada untuk mereka. Namun, setelah berubah peran menjadi ibu, kembali ada hal yang berubah. Waktu dan tenaga terkuras untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan pernikahan, peran sebagai orang tua baru bersama suami, dan beradaptasi dengan sang bayi. Ditambah lagi, saat menjadi ibu, Emak memutuskan untuk berhenti bekerja dan sepenuhnya di rumah. Ternyata, hal ini sempat membuat Emak merasa jauh, tertinggal, bahkan terabaikan. Menjangkau teman-teman yang biasanya dihubungi tiba-tiba menjadi sangat sulit bahkan berat.

Di saat seperti ini, Allah dan semesta masih sangat sangat baik kepada Emak. Tidak dibiarkannya Emak sendirian dan Ia kirimkan orang-orang baik. Pada beberapa kesempatan, Emak dikejutkan dengan kebaikan beberapa orang sahabat yang masing mengingat bahkan berupaya untuk berkunjung ke rumah. Percayalah, saat itu, bagi Emak, ibu rumah tangga yang jarang sekali kemana mana, dikunjungi teman rasanya luar biasa hangat dan menggembirakan hehe :D Kala itu, ada tangan-tangan baik yang ternyata tidak pergi dan setia menemani. Mereka yang menguatkan Emak melewati masa masa sulit beradaptasi di awal menjadi ibu.

Setelah Emak berhasil melewati masa masa sulit beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu, Emak bertekad untuk lebih banyak mengulurkan tangan untuk sesama ibu. Karena itu, selain membuat wadah Sehati Ibu, Emak memantapkan hati untuk tetap dekat dengan para sahabat yang sedang menunggu kelahiran buah hati maupun yang baru saja menjadi ibu. Kebaikan yang Emak terima selama melewati masa adaptasi sebagai ibu baru perlu disebarkan lebih luas lagi dan dukungan emosional sangat dibutuhkan oleh ibu baru. Setiap kali ada teman terutama teman dekat yang akan menjadi ibu / baru menjadi ibu akan Emak hubungi dan menanyakan kabarnya. Meskipun Emak tahu mungkin mereka memiliki teman atau keluarga yang lebih berpengalaman, tapi Emak tetap melakukannya. Kembali pada hasil refleksi, sederhana, Emak ingin tetap ada untuk para sahabat. Tidak ingin menyesali rasa rindu, sayang dan dukungan yang tidak tersampaikan.:)

Kenapa hal ini menjadi penting bagi Emak? Karena Cha Yu Ri sedikit banyak mengingatkan Emak pada pengalaman melahirkan Digan. Cha Yu Ri harus meregang nyawa sesaat setelah melahirkan karena kecelakaan lalu lintas. Emak sendiri mengalami komplikasi pasca melahirkan yang sempat membuat Emak bertanya-tanya apakah Emak masih bisa pulang menemui Digan, Apa dan keluarga Emak. Bedanya, Tuhan masih memberikan Emak satu kesempatan lagi untuk hidup menjadi ibu Digan dan bertemu dengan orang-orang yang Emak sayangi.

Menonton Drama ini sebetulnya menjadi pengingat, bahwa ada niat baik yang belum benar-benar dijalankan. Ada tangan-tangan baik yang belum benar-benar Emak balas kebaikannya. Bahkan beberapa barangkali sempat diperlakukan kurang baik karena Emak yang sempat terdesak situasi. Bersamaan dengan Pandemi, Emak seperti diingatkan untuk lebih mewujudkan kebaikan dan menyampaikan rasa rindu dengan lebih nyata. Keterbatasan untuk bertemu dan berbagai perubahan nyatanya membuat pelukan, sapaan dan sekedar bertanya kabar tidaklah cukup. Emak belajar untuk memberi, seperti Emak yang seringkali diberi namun tidak paham bagaimana caranya membalas. Pandemi dan Drama ini membuat Emak belajar bahwa perasaan diingat oleh seseorang sangatlah penting untuk melewati masa masa ini. Bahwa rasa sayang benar-benar harus dikerjakan, bukan lagi sekedar dikatakan.

Tentang kelahiran Digan, refleksi dari Drama ini sebagai seorang ibu akan diceritakan di part kedua ya :)

Comments

Popular posts from this blog

Dear Couples: Movie Review - Marriage Story [SPOILER ALERT]

Dear Stay at Home Mom : It's not easy. I know, I Feel You, I Am With You

Dear Parents: About Being Parents (Obrolan Sore bersama Ibu Joefi)