Dear Mother #1 : You are Enough

"I wish I knew from the start that being a mother will be this tough (and blissful at the sametime)"

Kalimat itu sekali dua kali melintas di kepala Emak. Ya, seandainya saja Emak tahu lebih awal bahwa menjadi seorang ibu perjalanan yaaang..nano nano. Tahu siih dari cerita orang atau bacaan. But believe me, you thought you knew until you stand on the shoes. Belajar ilmu psikologi sejak 2007, mendalami psikologi anak dan penghayatan Ibu di Magister Profesi selama 3 tahun puun ternyata belum cukup . Dulu Emak pikir sudah bisa cukup menghayati. Sampai akhirnya menjalani sendiri peran ibu. Well, you really have to walk the talk.

Kalimat tersebut bukan muncul dari rasa sesal atau tidak bersyukur. Jelas bukan. Namun, selalu ada masa-masa dimana menjadi ibu terasa begitu mendebarkan, begitu membuat terkejut, gemetar bahkan di satu titik you really have no idea what's going on haha. Biasanya ini terjadi ketika anak sakit, menangis kesakitan dan Emak ga tahu bagian mana yang sakit. uhuhu. Ketika berbagi dengan teman sesama ibu, tak sedikit yang merasa gagal, merasa menyesal, merasa tidak mampu ketika pada satu titik anak mereka sakit atau mengalami masalah. Padahal sehebat dan sepintar apapun, tidak ada seorang pun yang benar-benar menguasai ilmu menjadi orangtua. Apalagi untuk orangtua dengan anak pertama. Tentu banyak tidak tahunya, banyak bingungnya, banyak sulitnya, dan bahkan banyak miskomnya dengan suami soal kondisi anak. ihihi. Teruntuk para orangtua, khususnya ibu yang sedang merasa gagal:

"Kau tidak pernah gagal, Ibu. Kecuali kau berhenti belajar dan mencoba. Kau tidak pernah gagal, Ibu. Karena bagi anakmu, kasih sayangmu adalah segalanya"

Rasanya sekarang, jika mendengar ada mahasiswa yang mengeluh 'bosan kuliah, mau nikah aja', dia pasti belum merasakan bosannya di rumah mengerjakan aktifitas yang sama 24 jam x 7 har x 4 minggu haha. Yang mengeluh 'cape ditolak dosen pembimbing' pasti belum pernah ngerasain menu makanan yang dibuat pakai proses semedi, doa, diracik sedemikian rupa, disajikan sedemikian menarik nyatanya ditolak mentah-mentah oleh anak, dilepeh, bahkan dilempar-lempar. almost everyday sampai mendadak si anak mau makan lagi :D. Yang mengeluh cape kerja mau nikah aja, pasti belum merasakan suami dan anak sakit dalam waktu yang sama plus kitanya juga mulai meriang berhari-hari. kkkkk. Kalimat-kalimat tersebut terdengar sedikit bodor tapi banyak benarnya. Bukan menakut-nakuti sih tapi memang begitu adanya.

Tapi seperti juga kalimat tersebut, bahwa pada saat yang sama, menjadi ibu juga sangat sangat sangat membahagiakan. Tidak pernah terbayangkan dalam benak Emak, ada seorang manusia, kecil, mungil yang begitu bahagia, tersenyum lebar, kokorajatan (apa atuh yah bahasa Indonesianya) ketika melihat Emak. Begitu heppiii banget pindah ke pelukan Emak. Oh really that's sooooo....kemudian speachless. Rasanya belum pernah ada orang yang sebahagia itu ketika melihat Emak, bahkan dalam kondisi lusuh berdaster belum mandi dari pagi. hahhaa. Rasanya snuggling berdua sama si bayik sampa tertidur (dan Emak pun ikut ketiduran), rasanya melihat anak (akhirnyaa) makan dengan lahap, rasanya melihat anak mulai meniru (yang ditiru gerakan headbang Apanya sama bersin Engkongnya. duuh aduh ahaha) dan banyak saat-saat lainya yang membuat Emak merasakan yang istilahnya "beyond grateful".

"Ketika menjadi ibu, kau mendapatkan banyak kenangan baik yang sangat kuat untuk menghangatkanmu di kemudian hari"

Berhasil melewat fase melahirkan yang sedaaap banget aja sudah menjadi cukup bukti kuat bahwa kita sebagai perempuan tuh kuat bangeet. Jadi apa sih yang kita ga bisa? Oh Jumawa Emak haha. Tapi ya kaan. Belum lagi energi yang entah datang dari mana, ketika ibu baru tidur jam 3 subuh dan jam 5 sudah bangun lagi untuk menyiapkan keperluan bayi lalu tetap ON main seharian sama anak sampai bobo lagi. Padahal dulu waktu kuliah, selesai begadang membuat tugas, pulang kuliah balas dendam tidur sepuasnya haha. Energ itu, kekuatan itu, adalah kekuatan seorang ibu.

Ingat ketika anak sakit dan yang ia cari adalah ibu sambil menangis. Lalu begitu terbenam dalam pelukan ibu, si anak begitu tenang dan tertidur. THAT'S IT MOM! IYAA ITUU. Itulah kekuatanmu yang tidak dimiliki oleh siapapun. Pun jika memang sakitnya anakmu ada andil ketidaktahuanmu, toh pelukanmu yang mampu menenangkannya, sentuhanmu yang membantu menyembuhkannya. Jauh lebih berharga dari obat paling mahal dari dokter paling ahli manapun.

Semua memori itu, momen baik itu. Simpan, jaga, tumbuhkan. Kelak ia akan menghangatkan hatimu, menguatkan langkahmu untuk menghadapi apapun yang terasa lebih berat di depan sana. Percayalah "you are enough, Mom". Jika sesekali kalimat pertama di tulisan ini muncul, ya memang begitu adanya. Menjadi ibu tidak semudah itu tapi jelas memang sebahagia itu. Semua orang bisa mencoba memberitahumu Apa dan Bagaimana menjadi seorang ibu. Tapi percayalah tidak ada yang lebih tahu dari dirimu sendiri.

So, untuk menguatkan kita para ibu ketika kalimat di atas muncul kembali

"When you life seems tough, you are tougher than it. When the day feels hard, you know you'll try harder to get through it"

Peluk, Hangat. Untuk semua para ibu.


Love,
Emak.

Comments

Popular posts from this blog

Dear Couples: Movie Review - Marriage Story [SPOILER ALERT]

Dear Stay at Home Mom : It's not easy. I know, I Feel You, I Am With You

Dear Parents: About Being Parents (Obrolan Sore bersama Ibu Joefi)