Dear Parents: About Being Parents (Obrolan Sore bersama Ibu Joefi)

Kali ini, Emak ingin berbagi hasil obrolan sore Emak yang sangat bermakna dengan salah satu Dosen Emak yang juga merupakan Psikolog Senior, Ibu Poeti Joefiani. Sore itu, di klinik, kami membicarakan tentang dunia pegasuhan anak dan berbagai seluk beluk menjadi orang tua. Saking berkesan sekali obrolan itu, Emak sampai betah bangeet menyimak sampai hampir dua jam obrolan kami. Disini Emak mau sharing poin poin penting yang bisa diambil dari obrolan kami tentu dengan bumbu bahasa Emak sendiri hihihihi....cuss ah!


Ketika menjadi orang tua, terutama ibu yang paling banyak berinteraksi dengan anak, wajar banget ketika kita mulai habis kesabaran, kelelahan, dan kebingungan menghadapi tingkah anak. Ada kalanya pula rasanya kita sudah kehabisan akal, rasanya mentok ga menemukan jalan keluar. Ada kalanya pula kita jenuh bukan kepalang. Bahkan ada pula yang merasa hubungan dengan anak kemudian tidak bisa dekat. Well...it's totally normal, mom! Kita, orang tua, para ibu, juga hanya manusia biasa. Nah barangkali bahasan berikut ini bisa cukup membantu jadi referensi dikala mentok yaa ❤

1. JUJUR
Yak! prinsip pertama sebagai orang tua adalah kita harus lebih dulu berlaku JUJUR. Jujur kepada diri sendiri, jujur kepada pasangan, dan tentunya jujur kepada anak kita. Penting sekali kita terlebih dulu jujur kepada diri sendiri apa yang kita rasakan, apa yang kita inginkan, apa yang kita butuhkan. Kemudian, jujur mengenai apa yang dapat kita lakukan dan tidak dapat kita lakukan. Termasuk jujur ketika kita membutuhkan bantuan orang lain. Jujur tidaklah cukup hanya sampai diri kita sendiri. Kejujuran ini perlu kita ungkapkan juga pada orang lain, dalam hal ini, pasangan dan anak kita. Jujur bahwa kita marah, jujur bahwa kita tidak tahu, jujur mengenai apa yang kita inginkan dari mereka. Sebagai catatan, kejujuran ini perlu disampaikan, dikomunikasikan sebaik mungkin agar dapat dipahami dan diterima.

2. GALI POTENSI
Menurut Ibu Joefi, kemampuan menjadi orang tua pada dasarnya adalah given, artinya sudah terberi oleh Yang Maha Kuasa, ada di dalam diri kita. Ketika kita dilahirkan sebagai wanita misalnya, perangkat untuk menjadi ibu sebetulnya sudah diberikan di dalam diri kita. TAPIIII, masalahnya adalah mau gak kitamenggali potensi itu? Sudah dibekali tapi tidak kita gali sama saja bohong. Kita tidak mau refleksi, mengenali, kemampuan kemampuan apa saja yang sudah kita miliki untuk menjadi orang tua. Ketika kita saja tidak mau mengenali diri sendiri bagaimana kita bisa menggunakan tools yang tepat untuk mengenal anak kita? Bagaimana kita bisa tahu apa yang harus kita lakukan untuk menambah ilmu untuk melengkapi apa yang sudah kita miliki sebagai orang tua?

3. TAMBAH, BELAJAR
Pada jaman dulu, barangkali orang tua bisa saja membesarkan anak secara natural, insting, dengan berbekal apa yang sudah ada. Namun dengan perkembangan jaman, menghadapi generasi yang sering disebut generasi Milennials ini, perangkat yang given saja sebagai orang tua tidaklah cukup. Kita harus mau belajar, menambah pengetahuan, upgrade skill kita sebagai orang tua. Anak jaman sekarang seolah 'berlari' dengan segala kemajuan teknologi. Kita, orang tua, tidak bisa lagi hanya berjalan atau bahkan menunggu di 'singgasana' kita sebagai orang tua. Kita harus mau terjun, berlari bersama anak. Belajar banyak hal dari mulai tumbuh kembang anak, teknik parenting, per-gadget-an, kajian dll.

4. PEKA
Nah peka beda nih sama sensitif..hihihi.. Kalau dari bahasan kami, sebagai orang tua, sering kali yang kita alami adalah sensitif, kita sibuk dengan emosi yang kita rasakan tentang perilaku anak. Duh kok anak saya rewel banget, anak saya kok berani ya ngelawan saya.. kesal, marah, sedih, terkejut, kecewa. Wajar ga sih kita emmoosssiii sama kelakukan anak? Wajar buu... kita hanya manusia biasa yang bisa merasa. Namun, sebaiknya kita tidak membiarkan diri kita terlalu larut dalam emosi yang kita rasakan sehingga kita GAGAL PEKA terhadap apa yang dialami anak, apa yang dirasakan anak, apa yang dibutuhkan anak dibalik kelakukannya yang bikin elus elus dada dan menggoncang jiwa raga hehe. Maka dari itu, Yuk! para orang tua, kita belajar mengelola emosi dengan baik.. 'mendetoks' emosi kita agar tidak menganggu dan mengurangi kepekaan kita terhadap kondisi anak. Supaya kita juga lebih peka terhadap kondisi dan kebutuhan anak kita.

5. FLEKSIBEL
Setelah kita Jujur terhadap diri sendiri, Gali Potensi yang kita miliki, berusaha Tambah Ilmu sebagai orang tua, mencoba Peka terhadap kondisi anak, kita juga perlu Fleksibel. Fleksibel disini artinya tidak selalu cara, strategi, teknik kita dalam mengasuh, apa yang kita anggap sudah benar ternyata bekerja dengan baik untuk anak! Yayayaya...Sering kali ketika kita mengasuh anak, ada sangaaat banyak hal tak terduga yang mengejutkan kita. Tak ada angin tak ada hujan. Kita pikir kita sudah sangat mengenal anak kita, kita pikir kita sudah menguasai cara berkomunikasi dengan anak kita, kita pikir kita sudah hatam belajar cara mendisiplinkan anak kita. Taunyaaa...jeng jeng jeeng. Seiring waktu berjalan, perkembangannya yang pesat, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa cara kita tak lagi efektif, bahwa kita kembali dihadapkan pada ketidaktahuan mengenai kondisi anak kita. Saat itu, kita perlu fleksibel, menerima keadaan dan mengubah cara padang serta kembali atur strategi untuk berhadapan dengan anak kita. Saat itu, semoga kita senantiasa diberi kesadaran, kesabaran dan kekuatan yaaa...

Sebagai penutup..Ibu Joefi berkata...
"Meskipun kita psikolog, pada dasarnya kita tidak akan pernah selesai mempelajari manusia.."
Kontan saya menanggapi.. "Iya ya bu, bahkan suami kita sendiri ya bu..."
"Iyalah..bahkan anak kita sendiri"

Jadi...hidup memang tentang terus belajar dan berproses ya...
Menikah berarti kita berkomitmen untuk terus mempelajari dan beradaptasi dengan pasangan kita seumur hidup...
Menjadi orang tua, berarti juga kita berkomitmen untuk terus belajar mengenai anak kita, sepanjang hayat.

Semangat belajar yaaa, Parents!

Comments

Popular posts from this blog

Dear Couples: Movie Review - Marriage Story [SPOILER ALERT]

Dear Stay at Home Mom : It's not easy. I know, I Feel You, I Am With You