Dear Mothers (Also Fathers) : Post Partum Life Transition Part I (Pregnancy)

Ahaa.. Kembali lagi bersama Emak setelah ratusan purnama tidak jua menulis padahal sudah janji akan membahas Kehidupan Pasca Melahirkan dan transisinya dari akhir tahun laluu aa.. Maafkan Emak.

Oke oke.  Tanpa berlama-lama di pembukaaan, kita langsung saja masuk ke tulisan utama ya.

Hari ini, kira-kira sudah  5 bulan Emak bersama teman-teman menjalankan program Sehati Ibu. Boleh follow ig @sehatiibu bagi yang belum follow yaa atau web www.sehatiibu.id disana akan ada info, program dan konten menarik dari kami ahaay. Nah selama dua bulan ini, sudah cukup banyak cerita ibu-ibu yang masuk ke akun kami. Begitupun karena Ruang Ibu sudah dibuka, tema mengena adaptasi pasca melahirkan menjadi cerita yang bergulir dari setiap ibu. Ternyata, Emak tidak sendiri mengalami pergolakan dan jatuh bangun beradaptasi dengan situasi transisi pasca melahirkan. Eits apakah baru setelah melahirkan? Ternyata tidak. Transisi, pergolakan emosi, berbagai situasi tidak nyaman dapat juga terjadi sejak masa kehamilan. Kondisi transisi ini penting untuk disadari dan dipahami betul oleh calon ibu, ibu baru maupun juga ayah. Kenapa? Karena mustahil transisi ini bisa terlewati dengan cukup aman dan kesejahteraan psikis terjamin jika ibu maupun ayah tidak cukup peduli dengan kondisi ini. Segala kejutan perubahan peran, kendala, kesedihan, konflik akan sulit diatasi dengan baik. Maka dari itu, yuk kita ketahui seperti apa sih Post Partum Life dan transisinya. (Oiya tulisan ini juga mengangkat materi event Post Partum  Talk bersama Mba Astra dari Halo Ibu.. Event keren yang menyentuh, menguatkan Emak mengenai adanya Grieving pasca melahirkan dan membekali para ibu untuk menghadapi transisinya.)

...
Semua dimulai ketika garis dua tampak pada alat tes kehamilan.
Masih ingatkah ayah dan ibu, rasanya melihat ada dua garis di alat tes kehamilan? Campur aduk yaa? Senang, haru, bahagia, bingung, cemas, takut bisa jadi dirasakan dalam satu waktu. Begitu pula yang Emak rasakan dulu waktu pertama kali tahu hamil Digan. Apalagi karena dulu sempat dibilang akan sulit punya anak, rasanya percaya ga percaya tuh lihat hasil positif. hihi. Dari sini lah transisi itu sebetulnya bisa dimulai.

PREGNANCY
Untuk Emak pribadi, transisi perubahan peran sebagai ibu mulai terasa saat hamil. Rejeki setiap ibu berbeda-beda. Ada yang selama hamil masih bisa bekerja, jalan-jalan beraktivitas seperti biasa, ada yang mengalami perubahan cukup berat. Naah Emak termasuk yang kedua. Di awal hamil Emak mengalami mual muntah yang cukup parah sampai usia kandungan 4 bulan. Bahkan di trimester 2 dan 3 pun terbilang sangat mudah lelah dan beberapa kali perlu bedrest. Sejak hamil, Emak mulai merasa kehilangan kehidupan sebelum menikah dan hamil, kehilangan momen keluar rumah bekerja, kumpul-kumpul dengan teman sudah mulai dirasakan. Apalagi usia pernikahan yang masih sangat muda karena langsung mengandung membuat penyesuaian sebagai istri dan penyesuaian masa kehamilan langsung berjalan beriringan. Cukup terasa berat namun terlalui juga.

  • What Fathers Should Know?
 Saat hamil, akan banyak perubahan terjadi pada istrimu wahai calon ayah. Tidak hanya perubahan fisik, namun perubahan mood, kondisi psikologisnya pun bisa sangat mengejutkan. Istri yang tadinya tampak setrong dan mandiri bisa berubah menjadi sangat sensitif dan manjaa sekali maunya pegangan sama suami hehe. Ada pula yang tadinya tenang, kalem, eh saat hamil mejadi mudah emosi, mudah kesal, mudah menangis. Setiap wanita mengalami proses yang unik dan bisa jadi tidak sama dengan ibu hamil lainnya. Belum lagi morning sickness di awal kehamilan, perubahan fisik selama hamil. Di trimester ketiga mulai sering sesak, berat, mudah lelah, pegal, posisi tidur serba salah, tidak bisa tidur, makan banyaaak sekali. Bersiaplah wahai para calon ayah. Dampingi istrimu, temani ketika ia membutuhkanmu, membutuhkan usapanmu ketika perutnya mual, pinggangnya pegal, kakinya sakit karena menopang bobot tubuh yang besar. Terimalah kondisinya ketika sedang dilanda naik turun mood, sedang mudah kesal, tiba-tiba mudah menangis. Temanilah, beri dukungan untuk bisa melalui proses ini dengan baik. Katanya, ibu hamil jangan sampai stress, tapi tidak mungkin kan kita hidup tanpa masalah? Cukup pastikan engkau hadir untuk istrimu saat menghadapi situasi stress. Perbanyak membaca referensi mengenai proses kehamilan dan melahirkan. Ibu akan bahagia sekali saat tahu bahwa ayah juga mencari tahu berbagai informasi seputar proses yang dialami ibu hamil

Nah tapi bagaimana jika ayah statusnya LDM atau Long Distance Marriage? Jauh dari ibu dan tidak bisa menemani setiap saat?

Ada baiknya, ayah bantu memastikan bahwa ibu memiliki support system yang positif di sekitarnya. Apa yang hatus dipastikan?
1. Ada orang yang akan siaga membantu ibu kapanpun di perlukan atau dalam situasi situasi urgent

2. Ibu punya teman berbagi yang siap menampung keluh kesahnya ketika ayah sedang tidak bisa dihubungi karena pekerjaannya

3. Meskipun jauh, bantu ibu memilih dokter kandungan terbaik hasil diskusi dan pilihan bersama. Pastikan ibu mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik yang dibutuhkannya.

4. Selalu luangkan jadwal khusus setiap harinya dimana ibu bisa menghubungi ayah dan menceritakan keluh kesahny, perasaannya seharian dalam kondisi hamil. Perasaan diterima, didengarkan, dan suami hadir dalam proses kehamilan sangat menentukan kebahagiaan ibu hamil. Ibu hamil yang bahagia sangat baik juga untuk perkembangan psikologis anak kelak.

5. Ketika waktu ayah pulang, pastikan ayah sepenuhnya meluangkan waktu untuk ibu . Menemani, mendengarkan, membelikan makanan kesukaan, menemani ibu kontrol kandungan, dll

6. Pastikan ayah memiliki stock kesabaran yang banyaaak. Bagaimanapun, proses kehamilan tidaklah mudah bagi ibu. Perubahan fisik, fluktuasi hormon, perubahan psikologis menjadi tantangan bagi ibu. Apalagi jika ibu tidak setiap hari bersama ayah, hari hari bisa jadi terasa berat bagi ibu. Jd jika ibu lebih sensitif, emosional, lebih ingin dimanja, maka mengertilah dan bersabarlah. Nanti proses ini akan berlalu juga 😊

  • What  Mothers Should Know?
 Para ibu biasanya sudah lebih rajin mencari tahu, belajar segala hal mengenai kehamilan dan proses melahirkan. Entah itu browsing, baca buku, ikut kuliah whatsapp, sampai ikut seminar/workshop. Tapi beberapa ibu mungkin juga tidak. Emak merekomendasikan buku 'What to Expect When You're Expecting' buku ini cukup ringan untuk dibaca dan bermanfaat banget. Selain itu penting untuk membaca tentang managemen emosi saat kehamilan dan mempersiapkan proses melahirkan seperti buku buku Gentle Birth dari Bidan Kita. Naah karena pembahasan soal perubahan fisik dan kesehatan bukan wilayah spesialisasi Emak, jadi mungkin tidak akan banyak dibahas disini. Emak lebih menyoroti perubahan psikologis yang terjadi selama hamil. Kondisi yang juga sempat membuat Emak dan Suami tekejut kejut adalah perubahan kondisi emosi emak selama hamil. Tetapi sebagai catatan, kondisi perubahan psikologis selama kehamilan bisa jadi tidak dialami oleh sebagian ibu karena setiap ibu memiliki pengalaman kehamilan yang unik, tidak bisa disamakan. Disini emak lebih banyak sharing pengalaman pribadi yaa.

Pada trimester pertama Emak menjadi superrr sensitif. Sering menangis, mudah tersinggung, gampang sedih, mood swing dsb. Sampai pada fase ini cukup banyak percikan percikan emosi dengan suami. Potensi pertengkaran besar sekali karena Emak yang suppeeerr moody. Pada Fase ini sebaiknya calon ibu banyak menenangkan diri, melakukan refleksi untuk menyadari emosi emosi yang dirasakan serta apa penyebabnya, lakukan berbagai teknik relaksasi untuk membantu meredakan emosi. Bicarakan dengan baik apa saja yang dirasakan, apa yang bisa dilakukan oleh suami untuk membantu ibu. Ajak suami untuk sama sama membaca buku buku kehamilan dan parenting yang sedang ibu baca sebagai persiapan dan agar suami lebih mengerti kondisi ibu. Stop juga terlalu banyak browsing dri sumber sumber yang mungkin tidak jelas. Sebaiknya tanyakan langsung pada ahlinya seperti dokter dan psikolog, membaca buku referensi yang jelas, bisa jg sharing dengan sesama ibu :) 

Trimester keduaa, wiih perubahan total 180°. Emak menjadi sangat ceria, happy, senang banget bercanda, banyak tertawa. Konflik dengan suami pun jauh berkurang karena Emak tidak sesensitif di trimester pertama. Hihi. Pada fase ini sering disebut sebagai fase Honey Moon lagi. Karena calon ibu mulai merasakan nikmatnya hamil dan tubuh terasa lebih nyaman. Morning  sicknessjuga berkurang. Naaah mulai deh bisa mesra mesraan dengan suami. Dokter juga mengatakan hubungan badan dibolehkan banget dan sudah relatif aman di fase ini uhuuy. Tips nya pada fase ini benar benar nikmati proses kehamilan yaa.

Trimester ketiga, nah emak sendiri karena melahirkan premature jadi hanya mengalami satu bulan trimester ketiga huhu. Tapi perubahan yang dialami oleh Emak adalah pada fase ini kembali Emak agak lebih sensitif. Semua dipengaruhi beban tubuh yang semakin berat dan badan yang lebih mudah pegal dan sakit. Selain itu, kualitas tidur mulai berkurang karena sulit mencari posisi tidur yang nyaman. Akhirnya di siang hari pun jadi lebih sensitif. Pada fase ini, lagi lagi ibu perlu terbuka kepada suami, sampaikan ibu membutuhkan bantuan apa. Sekedar usapan di punggung atau dipeluk sangaat membantu. Pada fase ini juga kita muai merasakan cemasnya, deg degannya melahirkan. Perbanyak bekal membaca, banyak melakukan latihan nafas dan gerakan yoga ringan akan membantu tubuh ibu lebih rileks dan menenangkan ibu. Diskusikan juga bersama suami proses melahirkan seperti apa yang ibu inginkan, kontribusi apa yang diinginkan dari suami saat proses bersalin dan semua tentang proses bersalin. Mulailah menyiapkan keperluan bayi agar ibu pun merasa lebih siap menyambut kelahiran sang bayi. Uuh ❤

Sekian dulu ya part Pregnancy nanti kepanjangaan.. hihi.. untuk Post Partum Life nya lanjut di tulisan berikutnya yaa. Terimakasih ibu dan calon ibu.. semoga tulisannya membantu

Comments

Popular posts from this blog

Dear Couples: Movie Review - Marriage Story [SPOILER ALERT]

Dear Stay at Home Mom : It's not easy. I know, I Feel You, I Am With You

Dear Parents: About Being Parents (Obrolan Sore bersama Ibu Joefi)