Dear Husbands #1: Thank You for Listening (and Let Your Wife Crying)

Tulisan kali ini, Emak mau menyapa para pak bapak suami di luar sana dulu yaa.. Haloo para suami hebat! Tulisan kali ini Emak dedikasikan untuk para suami yang meski dengan susah payah mau mendengarkan, mencoba memahami, dan di atas segalanya...membiarkan istrinya menangis dan menemaninya. Uuuh so sweet 😍

Kenapa harus khusus berterimakasih? Karenaa eh karenaa..bagi para penghuni planet Mars inii, sangat tidak mudah mendengarkan, bersabar menemani dan membiarkan istrinya menangis tanpa mengerti dengan jelas alasannya apa. Di saat secara naluriah mereka maunya langsung cut dan masuk ke solusi aja deeh. Gitu. Yhaa khaan pak bapak? Hihi.. Sedangkan bagi kami para wanita penghuni planet Venus, maunya ceritaaa, maunya didengarkaan, maunya ditemeniin, dimengerti ketika sedang menangis sesegukan.  Kalau perlu ditambah sedikit sedikit sentuhan, pelukan, dibelikan martabak manis atau sebongkah berlian (loh kok ngelunjaak hahaha)

But yes! Didengarkan, dipahami, dan diberi ruang untuk menangis adalah hal yang sangat sangat sangat penting untuk kami para wanita. Mirisnya, ada sangat banyak jg kasus terjadi dimana istri merasa suaminya tidak mau mau mendengarkan. Hanya menjalankan tugas utama yaitu mencari nafkah tapi kurang sekali terlibat dalam menyupport istri dari sisi emosinya.

Emak merasakan sendiri betapaa oh betapa peran Apa dalam hidup Emak pentiing sekali. Apalagi semakin hari Apa banyak menunjukan perubahan, lebih sabar menghadapi istrinya yang baperan dan masih mudah mewek ini, serta bisa jadi partner diskusi tentang kehidupan. Alhamdulillah. Peran Apa terasa semakin penting pasca Emak melahirkan Digan. Ga kebayang sih kalau bukan Apa yang menemani Emak dengan segala drama proses melahirkan dan komplikasi pasca melahirkan yang Emak alami.

Coba ah Emak absen dulu,
siapa disini pakbapak yang bingung kenapa istrinya pasca melahirkan makin sering nangis? Atau uring-uringan? Mudah marah? Mudah cemas?
Siapa pakbapak yang sampai sekarang susah menerjemahkan kode kode dari sang istri?
Siapa yang setelah punya anak, pulang ke rumah dengan tubuh lelah tapi dihadapkan pada tugas lain yaitu diminta menjaga anak selagi Emaknya ingin istirahat sejenak?
Siapa yang di kantor kepikiran biaya vaksin anak, berobat, biaya pempers, dll? Hihi
Emak yakin pasti banyak yang ngacung hehe.

Pasca lahirnya seorang anak, tak hanya beban ibu yang bertambah tetapi juga beban ayah. Namun seringkali para ayah ini tidak mengungkapkan keresahannya. Seolah dingin dan tak peduli, padahal ia hanya berusaha memfokuskan pikirannya pada hal yang utama yaitu mencari nafkah agar kebutuhan istri dan anak terpenuhi. Tapi lalu ibu uring-uringan minta diperhatikan yha kaan hihi. Sebelum ditampol ibu-ibu sejagadh raya, Emak ingin sampaikan sesuatu..

Pasca melahirkan memang ibu butuh sekali diperhatikan, didengarkan, mendapat dukungan emosional. Krn selain perubahan hormon yang belum stabil, bentuk tubuh yang belum kembali, ibu dihadapkan pada rutinitas baru bersama anak yang menyita seluruh energinya sampai kebutuhannya sendiri tidak terpenuhi. Sehingga wajar bila ibu menjadi mudah emosi dan rungsing hehe. Karena itu, salut dan terimakasih sekali pada suami, bapak yang mau mengerti, mendukung, menemani, bahkan sangat terlibat dalam pengasuhan anak. Seperti mengganti popok, memandikan, dan mengajak bermain. Sementara ibu bisa sejenak mengisi perut yang kosong sejak siang, sejenak mandi air hangat atau meminum kopi yang terbiarkan dingin. Tapi yang paling utama, menyimak dan memberi kesempatan bagi ibu untuk menangis.

Percayalah, Pa. Ibu mungkin sudah menahan tangisnya sejak lama. Ia telan segala kebingungannya, mencoba tangguh demi anaknya, menerima berbagai komentar orang tentang cara ia mengasuh anak, belum lagi komentar tentang perubahan fisiknya. Semua ia terima, ia beri senyum pada semua kondisi itu dan memilih menangis di hadapanmu. Suaminya, orang yang sangat ia andalkan dan percaya.

Percayalah, Pa. Mungkin puluhan tangis sang bayi memekakan telinganya di hari itu namun ia tetap sabar. Ia redakan tangis anakmu, ia peluk anakmu sambil menahan perih puting susunya yang lecet karena menyusui. Ia memilih sabar, tangguh di hadapan anakmu. Tapi di hadapanmu, Pak. Ibu tidak kuasa. Ia butuh bahumu, sentuhan lembut dan peluk hangat. Sejenak untuk meringankan bahunya yang mengeras menahan tangis berhari-hari.

Percayalah, Pa. Sejenak saja. Tatapan matamu yang teduh, usapan lembut, dan kehadiranmu menanti tangisnya usai sangatlah berharga. Tanpa mengkritik dan menilai ibu yang sedang menangis, sejenak mengeluh. Tanpa dengan cepat menasihati. Karena didengarkan, hanya itu yang ibu butuhan. Itu sangatlah membantu ibu. Sangat sangat menenangkan.

Karena itu, Terimakasih, Pa. Terimakasih sudah mendengarkan dan membiarkan istrimu menangis. Terimakasih ❤

Dan, Ibu..
Mari hargai usaha Bapak, dengan lebih peduli pada apa yang ia butuhkan namun sangat sulit diungkapkan. Pada keresahan yang ia pikul dalam diam. Pada perasaannya yang ia kesampingkan karena dituntut untuk tangguh memimpin kehidupan.


Seringkali yang ia butuhkan hanya ketenangan dan kesempatan menyendiri mengusir keresahan. Segelas teh hangat buatan ibu mungkin lebih membantu 😘

Salam,
Emak Digan.

Comments

Popular posts from this blog

Dear Couples: Movie Review - Marriage Story [SPOILER ALERT]

Dear Stay at Home Mom : It's not easy. I know, I Feel You, I Am With You

Dear Parents: About Being Parents (Obrolan Sore bersama Ibu Joefi)