tag:blogger.com,1999:blog-73203738116438420692024-03-05T16:30:43.067-08:00Ruang Refleksi EmakSebuah catatan refleksi dari seorang emak (ibu) yang kebetulan adalah seorang psikolog dan mencoba mengambil hikmah dari setiap pengalaman, keadaan, kebahagiaan dan kekurangan diri sebagai profesional dan sebagai seorang ibuEmak Diganhttp://www.blogger.com/profile/00175645830949648929noreply@blogger.comBlogger10125tag:blogger.com,1999:blog-7320373811643842069.post-88441890436569099952020-05-08T08:20:00.000-07:002020-05-08T08:25:30.588-07:00Self Reflection : Hi Bye Mama (K-Drama) Part 1<br />
<table cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="margin-left: auto; margin-right: auto; text-align: center;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgukWdGJ7Q60gDzzOYDpYutvorlo8GIyZWzOS8AKPWaaN6g1NwF-Jo5N0MCSHcIEEVqE4GZ_1pyaJi_GSVhOM38MbfkaAZCYarf_A_USEvVIJyj7EWFANWicg1kTaZSKT1iedgeMk9sgjxv/" imageanchor="1" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><span style="color: black;"><img border="0" data-original-height="1133" data-original-width="800" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgukWdGJ7Q60gDzzOYDpYutvorlo8GIyZWzOS8AKPWaaN6g1NwF-Jo5N0MCSHcIEEVqE4GZ_1pyaJi_GSVhOM38MbfkaAZCYarf_A_USEvVIJyj7EWFANWicg1kTaZSKT1iedgeMk9sgjxv/s200/SAVE_20200508_153344.jpg" width="141" /></span></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;">Source: Asian Wiki<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</td></tr>
</tbody></table>
Beberapa waktu belakangan ini, Emak sedang menonton Drama Korea berjudul 'Hi Bye Mama'. Drama fiksi ini sebetulnya cukup sederhana dan tidak ada pemeran antagonisnya. Namun membawa Emak pada refleksi yang cukup mendalam.<br />
<div>
<br /></div>
<div>
Drama ini bercerita mengenai seorang ibu bernama Cha Yu Ri yang meninggal sesaat setelah melahirkan anaknya dan kemudian ia menggentayangi kehidupan anak serta suami dan istri barunya. Suatu ketika ia marah kepada Dewa karena merasa tidak adil atas hidupnya yang berakhir tanpa bisa mendampingi buah hatinya dan membuat buah hatinya bisa melihat arwah arwah lain akibat terus digentayangi olehnya. Akhirnya, Dewa memberi kesempatan baginya untuk hidup kembali selama 49 hari sebagai manusia dan bertemu dengan orang orang yang ia kenali semasa hidup.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Awalnya, cerita dalam drama ini tampak mustahil. Namun, setiap episodenya mengandung bawang yang juga membawa Emak ke dalam momen momen refleksi. Refleksi mengenai makna hidup, kematian, peran peran diri selama hidup sebagai anak, istri, sahabat, dan tentunya yang menjadi fokus utama dalam film ini adalah peran sebagai ibu. Dari mana ya Emak mengawali cerita mengenai refleksi Emak dari film ini? Barangkali harus mundur ke beberapa tahun yang lalu.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Entah dimulai sejak kapan, tapi sejak dulu Emak punya kebiasaan untuk mengecek teman teman yang dianggap dekat via chat (jarang sih lewat telepon) untuk menanyakan kabar, berbagi cerita, dan bercanda. Entah apa juga yang mendorong Emak. Tapi pun ketika kami sudah tidak lg bersekolah bersama, sudah lulus kuliah, Emak masih suka melakukan itu. Meskipun ketika sudah lulus dan memasuki dunia kerja, perlahan pada beberapa orang respon responnya mungkin tidak sehangat dan seramai dulu. Penyesuaian dengan kehidupan baru, kesibukan pekerjaan dan teman teman baru adalah hal yang lumrah sekali. Meskipun demikian, Emak terkadang masih suka menyapa tak peduli seperti apapun balasannya. Emak saat itu hanya tidak ingin menyesal karena tidak sempat menanyakan kabar atau menyampaikan rasa rindu ketika salah satu dari kami telah tiada.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Di dalam film ini, dua tema yang sangat terasa related dengan hidup Emak. Yakni hubungan dengan sahabat, dan peran ibu. Emak bahas dulu terkait sahabat ya. Nah di dalam film, ada adegan adegan yang menggambarkan bagaimana Cha Yu Ri begitu dekat dengan sahabatnya semasa hidup. Begitupun ketika ia menjadi manusia dan berkesempatan bertemu lg dengan sahabatnya, rasanya begitu campur aduk. Haru, sedih, senang, bingung, rindu. Tema persabatan ini membuat Emak merenung cukup lama.<br />
<br />
Kehilangan sahabat karena terpisah oleh kematian pernah Emak alami sendiri. Mengalami rasanya kehilangan seseorang yang tidak pernah absen menanyakan kabar, menjadi teman suka dan duka juga menggila bersama. Penyesalan pernah dirasakan tatkala mengingat bahwa di momen momen menjelang akhir hayatnya, sahabat Emak beberapa kali mengajak bertemu namun Emak tolak karena saat itu ada satu project pekerjaan yang sedang padat-padatnya. Tapi, penyesalan tidak pernah dapat mengembalikan kematian layaknya di dalam drama korea ini. Seandainya punya satu kesempatan bertemu lagi seperti dalam film, entah apa pula yang akan dilakukan dan entah bagaimana rasanya.<br />
<br />
Sejak hari itu, Emak berusaha untuk tetap melakukan kebiasaan lama yaitu secara rutin mengecek teman-teman dekat, sekedar menanyakan kabar dan memastikan bahwa Emak ada untuk mereka. Namun, setelah berubah peran menjadi ibu, kembali ada hal yang berubah. Waktu dan tenaga terkuras untuk menyesuaikan diri dengan kehidupan pernikahan, peran sebagai orang tua baru bersama suami, dan beradaptasi dengan sang bayi. Ditambah lagi, saat menjadi ibu, Emak memutuskan untuk berhenti bekerja dan sepenuhnya di rumah. Ternyata, hal ini sempat membuat Emak merasa jauh, tertinggal, bahkan terabaikan. Menjangkau teman-teman yang biasanya dihubungi tiba-tiba menjadi sangat sulit bahkan berat.<br />
<br />
Di saat seperti ini, Allah dan semesta masih sangat sangat baik kepada Emak. Tidak dibiarkannya Emak sendirian dan Ia kirimkan orang-orang baik. Pada beberapa kesempatan, Emak dikejutkan dengan kebaikan beberapa orang sahabat yang masing mengingat bahkan berupaya untuk berkunjung ke rumah. Percayalah, saat itu, bagi Emak, ibu rumah tangga yang jarang sekali kemana mana, dikunjungi teman rasanya luar biasa hangat dan menggembirakan hehe :D Kala itu, ada tangan-tangan baik yang ternyata tidak pergi dan setia menemani. Mereka yang menguatkan Emak melewati masa masa sulit beradaptasi di awal menjadi ibu.<br />
<br />
Setelah Emak berhasil melewati masa masa sulit beradaptasi dengan peran baru sebagai ibu, Emak bertekad untuk lebih banyak mengulurkan tangan untuk sesama ibu. Karena itu, selain membuat wadah Sehati Ibu, Emak memantapkan hati untuk tetap dekat dengan para sahabat yang sedang menunggu kelahiran buah hati maupun yang baru saja menjadi ibu. Kebaikan yang Emak terima selama melewati masa adaptasi sebagai ibu baru perlu disebarkan lebih luas lagi dan dukungan emosional sangat dibutuhkan oleh ibu baru. Setiap kali ada teman terutama teman dekat yang akan menjadi ibu / baru menjadi ibu akan Emak hubungi dan menanyakan kabarnya. Meskipun Emak tahu mungkin mereka memiliki teman atau keluarga yang lebih berpengalaman, tapi Emak tetap melakukannya. Kembali pada hasil refleksi, sederhana, Emak ingin tetap ada untuk para sahabat. Tidak ingin menyesali rasa rindu, sayang dan dukungan yang tidak tersampaikan.:)<br />
<br />
Kenapa hal ini menjadi penting bagi Emak? Karena Cha Yu Ri sedikit banyak mengingatkan Emak pada pengalaman melahirkan Digan. Cha Yu Ri harus meregang nyawa sesaat setelah melahirkan karena kecelakaan lalu lintas. Emak sendiri mengalami komplikasi pasca melahirkan yang sempat membuat Emak bertanya-tanya apakah Emak masih bisa pulang menemui Digan, Apa dan keluarga Emak. Bedanya, Tuhan masih memberikan Emak satu kesempatan lagi untuk hidup menjadi ibu Digan dan bertemu dengan orang-orang yang Emak sayangi.<br />
<br />
Menonton Drama ini sebetulnya menjadi pengingat, bahwa ada niat baik yang belum benar-benar dijalankan. Ada tangan-tangan baik yang belum benar-benar Emak balas kebaikannya. Bahkan beberapa barangkali sempat diperlakukan kurang baik karena Emak yang sempat terdesak situasi. Bersamaan dengan Pandemi, Emak seperti diingatkan untuk lebih mewujudkan kebaikan dan menyampaikan rasa rindu dengan lebih nyata. Keterbatasan untuk bertemu dan berbagai perubahan nyatanya membuat pelukan, sapaan dan sekedar bertanya kabar tidaklah cukup. Emak belajar untuk memberi, seperti Emak yang seringkali diberi namun tidak paham bagaimana caranya membalas. Pandemi dan Drama ini membuat Emak belajar bahwa perasaan diingat oleh seseorang sangatlah penting untuk melewati masa masa ini. Bahwa rasa sayang benar-benar harus dikerjakan, bukan lagi sekedar dikatakan.<br />
<br />
Tentang kelahiran Digan, refleksi dari Drama ini sebagai seorang ibu akan diceritakan di part kedua ya :)<br />
<br /></div>
Emak Diganhttp://www.blogger.com/profile/00175645830949648929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7320373811643842069.post-29584959472695321682020-03-02T21:30:00.001-08:002020-03-03T03:55:48.275-08:00Dear Parents: About Being Parents (Obrolan Sore bersama Ibu Joefi)Kali ini, Emak ingin berbagi hasil obrolan sore Emak yang sangat bermakna dengan salah satu Dosen Emak yang juga merupakan Psikolog Senior, Ibu Poeti Joefiani. Sore itu, di klinik, kami membicarakan tentang dunia pegasuhan anak dan berbagai seluk beluk menjadi orang tua. Saking berkesan sekali obrolan itu, Emak sampai betah bangeet menyimak sampai hampir dua jam obrolan kami. Disini Emak mau sharing poin poin penting yang bisa diambil dari obrolan kami tentu dengan bumbu bahasa Emak sendiri hihihihi....cuss ah!<br />
<br />
<br />
Ketika menjadi orang tua, terutama ibu yang paling banyak berinteraksi dengan anak, wajar banget ketika kita mulai habis kesabaran, kelelahan, dan kebingungan menghadapi tingkah anak. Ada kalanya pula rasanya kita sudah kehabisan akal, rasanya mentok ga menemukan jalan keluar. Ada kalanya pula kita jenuh bukan kepalang. Bahkan ada pula yang merasa hubungan dengan anak kemudian tidak bisa dekat. <i>Well...it's totally normal, mom</i>! Kita, orang tua, para ibu, juga hanya manusia biasa. Nah barangkali bahasan berikut ini bisa cukup membantu jadi referensi dikala mentok yaa β€<br />
<br />
<b>1. JUJUR</b><br />
Yak! prinsip pertama sebagai orang tua adalah kita harus lebih dulu berlaku JUJUR. Jujur kepada diri sendiri, jujur kepada pasangan, dan tentunya jujur kepada anak kita. Penting sekali kita terlebih dulu jujur kepada diri sendiri apa yang kita rasakan, apa yang kita inginkan, apa yang kita butuhkan. Kemudian, jujur mengenai apa yang dapat kita lakukan dan tidak dapat kita lakukan. Termasuk jujur ketika kita membutuhkan bantuan orang lain. Jujur tidaklah cukup hanya sampai diri kita sendiri. Kejujuran ini perlu kita ungkapkan juga pada orang lain, dalam hal ini, pasangan dan anak kita. Jujur bahwa kita marah, jujur bahwa kita tidak tahu, jujur mengenai apa yang kita inginkan dari mereka. Sebagai <b>catatan</b>, kejujuran ini perlu disampaikan, dikomunikasikan sebaik mungkin agar dapat dipahami dan diterima.<br />
<br />
<b>2. GALI POTENSI</b><br />
Menurut Ibu Joefi, kemampuan menjadi orang tua pada dasarnya adalah <i>given</i>, artinya sudah terberi oleh Yang Maha Kuasa, ada di dalam diri kita. Ketika kita dilahirkan sebagai wanita misalnya, perangkat untuk menjadi ibu sebetulnya sudah diberikan di dalam diri kita. <b>TAPIIII, </b>masalahnya adalah <b>mau gak kitamenggali potensi itu?</b> Sudah dibekali tapi tidak kita gali sama saja bohong. Kita tidak mau refleksi, mengenali, kemampuan kemampuan apa saja yang sudah kita miliki untuk menjadi orang tua. Ketika kita saja tidak mau mengenali diri sendiri bagaimana kita bisa menggunakan <i>tools </i>yang tepat untuk mengenal anak kita? Bagaimana kita bisa tahu apa yang harus kita lakukan untuk menambah ilmu untuk melengkapi apa yang sudah kita miliki sebagai orang tua?<br />
<br />
<b>3. TAMBAH, BELAJAR</b><br />
Pada jaman dulu, barangkali orang tua bisa saja membesarkan anak secara natural, insting, dengan berbekal apa yang sudah ada. Namun dengan perkembangan jaman, menghadapi generasi yang sering disebut generasi Milennials ini, <b>perangkat yang <i>given </i>saja</b> sebagai orang tua tidaklah cukup. Kita <b>harus mau belajar, menambah pengetahuan, <i>upgrade</i> skill </b>kita sebagai orang tua. Anak jaman sekarang seolah 'berlari' dengan segala kemajuan teknologi. Kita, orang tua, tidak bisa lagi hanya berjalan atau bahkan menunggu di 'singgasana' kita sebagai orang tua. Kita harus mau terjun, berlari bersama anak. Belajar banyak hal dari mulai tumbuh kembang anak, teknik parenting, per-<i>gadget-</i>an, kajian dll.<br />
<br />
<b>4. PEKA</b><br />
Nah peka beda nih sama sensitif..hihihi.. Kalau dari bahasan kami, sebagai orang tua, sering kali yang kita alami adalah <b>sensitif, </b>kita sibuk dengan emosi yang kita rasakan tentang perilaku anak. <i>Duh kok anak saya rewel banget, anak saya kok berani ya ngelawan saya..</i> kesal, marah, sedih, terkejut, kecewa. Wajar ga sih kita emmoosssiii sama kelakukan anak? Wajar buu... kita hanya manusia biasa yang bisa merasa. Namun, sebaiknya kita tidak membiarkan diri kita terlalu larut dalam emosi yang kita rasakan sehingga kita <b>GAGAL PEKA</b> terhadap apa yang dialami anak, apa yang dirasakan anak, apa yang dibutuhkan anak dibalik kelakukannya yang bikin elus elus dada dan menggoncang jiwa raga hehe. Maka dari itu, Yuk! para orang tua, kita belajar mengelola emosi dengan baik.. 'mendetoks' emosi kita agar tidak menganggu dan mengurangi kepekaan kita terhadap kondisi anak. Supaya kita juga lebih peka terhadap kondisi dan kebutuhan anak kita.<br />
<br />
<b>5. FLEKSIBEL</b><br />
Setelah kita Jujur terhadap diri sendiri, Gali Potensi yang kita miliki, berusaha Tambah Ilmu sebagai orang tua, mencoba Peka terhadap kondisi anak, kita juga perlu Fleksibel. Fleksibel disini artinya tidak selalu cara, strategi, teknik kita dalam mengasuh, apa yang kita anggap sudah benar ternyata bekerja dengan baik untuk anak! Yayayaya...Sering kali ketika kita mengasuh anak, ada sangaaat banyak hal tak terduga yang mengejutkan kita. Tak ada angin tak ada hujan. Kita pikir kita sudah sangat mengenal anak kita, kita pikir kita sudah menguasai cara berkomunikasi dengan anak kita, kita pikir kita sudah hatam belajar cara mendisiplinkan anak kita. Taunyaaa...jeng jeng jeeng. Seiring waktu berjalan, perkembangannya yang pesat, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa cara kita tak lagi efektif, bahwa kita kembali dihadapkan pada ketidaktahuan mengenai kondisi anak kita. Saat itu, kita perlu fleksibel, menerima keadaan dan mengubah cara padang serta kembali atur strategi untuk berhadapan dengan anak kita. Saat itu, semoga kita senantiasa diberi kesadaran, kesabaran dan kekuatan yaaa...<br />
<br />
Sebagai penutup..Ibu Joefi berkata...<br />
"<i>Meskipun kita psikolog, pada dasarnya kita tidak akan pernah selesai mempelajari manusia.."</i><br />
Kontan saya menanggapi.. "<i>Iya ya bu, bahkan suami kita sendiri ya bu..."</i><br />
<i>"Iyalah..bahkan anak kita sendiri</i>"<br />
<br />
Jadi...hidup memang tentang terus belajar dan berproses ya...<br />
Menikah berarti kita berkomitmen untuk terus mempelajari dan beradaptasi dengan pasangan kita seumur hidup...<br />
Menjadi orang tua, berarti juga kita berkomitmen untuk terus belajar mengenai anak kita, sepanjang hayat.<br />
<br />
Semangat belajar yaaa,<i> Parents!</i>Emak Diganhttp://www.blogger.com/profile/00175645830949648929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7320373811643842069.post-4903420748299448422020-02-02T21:18:00.000-08:002020-02-02T21:31:45.396-08:00Dear Couples: Movie Review - Marriage Story [SPOILER ALERT]<div style="text-align: justify;">
Movie Review: Marriage Story</div>
<div style="text-align: justify;">
Cast : Scarlett Johansson, Adam Driver</div>
<div style="text-align: justify;">
From Netflix<br />
Reviu dibuat dengan kontribusi dari salah satu tim sehati ibu, Wieke.<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<iframe allowfullscreen='allowfullscreen' webkitallowfullscreen='webkitallowfullscreen' mozallowfullscreen='mozallowfullscreen' width='320' height='266' src='https://www.blogger.com/video.g?token=AD6v5dzytBX1BLWB-cZJce10OxW_R4YoMP6_3oO-oHFGHee6C0wUnyIVqe5YzKzcNOgJrBILEPyv2V69TmAvV7rnaw' class='b-hbp-video b-uploaded' frameborder='0'></iframe></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<br /></div>
<span id="goog_707559281"></span><span id="goog_707559282"></span><a href="https://youtu.be/BHi-a1n8t7M">Berikut link trailer Marriage Story</a></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<b><i>Kompromi dalam pernikahan β Bahwa cinta saja tidak cukup untuk membina hubungan jangka panjang</i></b></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Marriage story, film yang mencuri perhatian baru-baru ini, bercerita mengenai divorce drama sepasang suami istri yang tidak mengalami titik temu karena masingβ merasa tidak dipahami oleh satu sama lain. Di film kita dibawa oleh alur perdebatan mengenai akankah mereka tinggal dan merawat anak mereka di LA (tempat Nicole menghabiskan masa kecil) atau di New York (tempat Charlie bekerja), meskipun sebenarnya konflik muncul jauh sebelum itu. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Pada adegan monumental di film ini yaitu ketika Charlie memukul dinding hingga retak dan di sana lah seolah akhirnya segala keluh kesah, perasaan dan kebutuhan Nicole dan Charlie diungkapkan. Menyampaikan kondisi yang selama ini dipendam satu sama lain meskipun akhirnya dengan cara bertengkar hebat. Dari film ini, kami ingin mengajak #SahabatIbu beserta suami sama sama refleksi pelajaran apa yang dapat kita ambil dan perlu diterapkan dalam kehidupan rumah tangga kita saat ini.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
π©<b>Dari Sudut Pandang Nicole, sang Istri</b></div>
<div style="text-align: justify;">
Dari sisi Nicole, kental sekali perasaan tidak dihargai oleh pasangan namun ia pun mengakui bahwa dirinya adalah tipe orang yang sulit sekali untuk mengungkapkan keinginan dan perasaan. Ia cenderung memendam perasaan dan mendahulukan kepentingan orang lain. Ada satu adegan yang menceritakan Nicole baru saja mementaskan pertunjukan dimana ia menjadi pemeran utama dan Charlie sebagai sutradara. Sepulang ke rumah, Nicole menyadari bahwa Charlie ingin sekali membahas pertunjukannya dan Nicole paham bahwa Charlie tidak akan tidur tenang sebelum membahas ini. Kemudian Charlie mengemukakan pendapatnya yang semuanya bersifat kritikan untuk Nicole, salah satunya adalah Nicole yang tidak bisa menangis di atas panggung. Nicole tampak merespon dengan tenang dan menyampaikan bahwa ia memang tidak bisa menangis di atas panggung. Namun kemudian ia berjalan memasuki kamar dan meringkuk di tempat tidur sambil menangis. Dalam adegan ini tampak nyata sekali Nicole yang ingin dihargai, Charlie yang kurang peka dan hal ini gagal dikomunikasikan dengan baik.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selain itu, pada scene lainnya dimana Nicole yang bercerita pada pengacaranya bahwa ia berhenti menaruh harapan pada pernikahan mereka adalah saat ia mengumumkan pada Charlie bahwa ia mendapat tawaran karir yang ia inginkan namun bukannya mendukung, hal itu malah disambut Charlie dengan tawa, penolakan, dan bahkan cetusan ide bahwa penghasilan Nicole harusnya disumbangkan sebagian untuk teater yang Charlie bina. Di situlah Nicole merasa ia tidak berharga lagi di pernikahannya dengan Charlie dan memutuskan untuk berpisah saja. Ditambah lagi, adanya kecurigaan bahwa Charlie berselingkuh dengan asistennya. Perasan dikecilkan oleh pasangan jelas adalah bibit permasalahan yang akan membawa bencana di kedepannya. Bagi Nicole, perasaan tidak dihargai ini terkait banyak hal dari hal sepele seperti penataan rumah, pemilihan lokasi tempat tinggal, sampai karir.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Namun kembali lagi, titik kritis dari kondisi Nicole adalah ia sendiri tidak mampu mengungkapkan perasaan dan keinginannya untuk lebih dihargai oleh Charlie. Ia berharap Charlie mengerti namun kenyataannya tidak. Ada komunikasi yang terputus disini yang berujung pada kehancuran pernikahan mereka.<br />
<br />
Di ujung cerita, kita disuguhkan scene dimana Nicole mengundang Charlie menonton pertunjukannya yang awalnya Charlie mengira Nicole sebagai pemain. Namun Nicole dengan percaya diri mengatakan "tidak, aku menjadi sutradaranya". Disana tanpak ekspresi terkejut Charlie dan betapa terlambat menghargai kemampuan Nicole.<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
π¨<b>Sudut Pandang Charlie, Sang Suami.</b><br />
<b><br /></b>
Charlie merupakan sosok pria dominan, pintar, memiliki karya-karya yang diakui dan mengelola sendiri Teater miliknya. Ia merupakan sosok yang dominan, kompetitif dan juga perfeksionis. Keunikan lain darinya adalah ia memiliki standar kerapihan dan kebersihan yang tinggi. Selain itu ia pun sangat concern terhadap pengasuhan anaknya. Memiliki istri yang powerful seperti Nicole bukanlah hal mudah baginya. Nicole yang juga memiliki kemampuan yang mumpuni sebagai aktris, tidak kalah memiliki sisi dominan dan kompetitif, serta berpeluang memiliki karir yang gemilang. Di dalam film ini, terasa sosok Charlie yang berusaha mejaga pride nya sebagai seorang laki-laki, sebagai seorang suami dan sebagai seorang seniman besar. Dalam pikirannya, ia mencoba fokus pada karya-karyanya, berusaha agar teater kecilnya tetap hidup, dan berharap keluarga termasuk Nicole mengikuti segala keputusan-keputusannya yang ia pikir adalah yang terbaik bagi keluarganya dan juga pekerjaannya. Selayaknya seorang suami dan ayah pada umumnya. Tanpa sadar, ia memutuskan segala hal dari mulai tempat tinggal hingga mengatur karir Nicole. Apalagi mereka pun bekerja dalam satu tempat yang sama sehingga memisahkan antara aktifitas profesional dan hubungan suami istri menjadi lebih sulit. </div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
Selayaknya juga pria dan suami pada umumnya, Charlie tidak mengerti kode. Ia tidak paham and completely have no ide what is going on dengan Nicole. Ia pikir semua baik baik saja, ia pikir tidak ada yang salah. Tanpa ia juga sadari, ada hati yang lupa ia perhatikan, ada perasaan yang lupa ia rawat dan hargai dari Nicole. Ia pikir, dengan menetukan semuanya, memberikan kritik kritik untuk Nicole mengembangkan diri adalah hal yang benar sebagai sutradara dan juga suami. Di sisi lain, Nicole pun kesulitan untuk menyampaikan perasaannya pada Charlie. Bahkan pada sesi konseling pernikahan, Nicole enggan membacakan suratnya untuk Charlie yang membuat Charlie pun tidak menangkap adanya rasa cinta yang mendalam di antara mereka. Ketika Nicole pada akhirnya tidak lagi memiliki hasrat untuk berhubungan seksual dengan Charlie, saat itu lah Charlie mulai jatuh ke dalam drama perselingkuhan dengan asistennya dengan alasan ada kebutuhan dari Charlie yang juga perlu dipenuhi namun tidak diindahkan oleh Nicole. Saat itu lah, konflik rumah tangga mereka semakin meruncing.<br />
<br />
Diujung film kita disuguhkan Charlie yang tanpa sengaja mendapati anaknya membaca surat Nicole yang urung dibacakan saat sesi konsultasi pernikahan. Dimana di dalam surat itu digambarkan betapa Nicole mencintai Charlie dan tidak akan berhenti mencintainya. Namun terlambat, saat itu perceraian sudah terjadi. Disana Nicole diam diam menyaksikan sambil menangis. Namun apa yang sudah hancur tampak tidak dapat diselamatkan lagi. Pesan perasaan yang tidak pernah tersampaikan dan perasaan tidak dihargai yang terlampau kuat akhirnya memisahkan Charlie dan Nicole.</div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
π<b>Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari film ini?</b><br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<ol>
<li>Pentingnya mendiskusikan Rencana-Rencana Jangka Pendek dan Jangka Panjang yang disepakati Bersama. Hal ini terkait visi dan misi berumah tangga. Penting untuk menjawab pertanyaan seperti Apa tujuan pernikahan kita, akan dibawa kemana kehidupan pernikahan kita, apa yang ingin dicapai bersama dalam kehidupan pernikahan kita? Sampai hal hal praktis seperti bagaimana kita akan berkomunikasi, menjalani quality time, mengatur keuangan, menjalani karir masing masing, membesarkan anak, dsb.</li>
<li>Pentingnya Komunikasi yang Konstruktif dan Asertif dalam Pernikahan. Ketika spasangan suami istri gagal mengkomunikasikan keinginan dan perasaannya masing-masing dengan baik maka potensi salah paham akan besar sekali di dalam relasi mereka. Mempelajari bagaimana cara berkomunikasi yang benar, cara menyampaikan pesan secara asertif terhadap pasangan sangat lah penting untuk dilakukan. Komunikasi adalah kunci berhasilnya kehidupan berumah tangga setelah menyepakati visi dan misi bersama.</li>
<li>Pentingnya menghargai Pasangan dan menunjukan Kasih Sayang sesuai dengan Bahasa Cinta pasangan. Dalam sebuah hubungan percintaan, termasuk pernikahan, terdapat tiga komponen cinta yang bermain di dalamnya. Robert Sternberg mengemukakan adanya komponen Passion, Intimacy, dan Commitment di dalam suatu relasi pernikahan. Dari kasus Nicole dan Charlie, tampak kegagalan dalam saling menghargai, perasaan tidak dihargai oleh pasangan menggerus komponen passion yang kemudian perlahan juga memudarkan relasi intim diantara keduanya sehingga yang tersisa hanya komitmen untuk bertahan sebagai suami istri. Puncaknya, ketika Charlie berselingkuh, saat itu lah komponen Komitmen juga hancur di dalam rumah tangga mereka. Karena itu penting sekali untuk menyadari dan memahami proses yang terjadi di dalam pernikahan dan berusaha untuk saling menghargai proses yang dialami satu sama lain sebagai individu dan pasangan. Salah satu cara menghargai pasangan adalah dengan mengekspresikan kasih sayang dengan bahasa cinta yang tepat. Apakah itu word of appraisal, physical touch, quality time, act of services, atau present /gift. Perihal Bahasa Cinta sudah kami bahas di post feed ig @sehatiibu sebelumnya yaaa. Silakan dicek.</li>
<li>Pentingnya memberi jeda dalam pertengkaran Dari film ini, kita diingatkan bahwa pertengkaran berpotensi untuk membuat emosi marah menjadi sangat intens dan membuat argumen antar pasangan melebar ke hal-hal lain di luar fokus pembicaraan yang memicu pertengkaran. Ketika bertengkar, kita berpotensi mengungkit kesalahan pasangan yang telah lalu, berpotensi mengungkit keburukan pasangan yang tidak perlu dibahas saat itu, dan berpotensi menjadi sangat agresif menyerang serta menyudutkan pasangan. Saat emosi mulai tidak terkendali, maka hendaknya suami dan istri sama sama menyadari untuk memberi jeda, memberi jarak satu sama lain dan menenangkan diri agar potensi rusaknya hubungan tidak semakin parah. Ketika sudah sama sama tenang dengan kepala dingin, maka suami istri dapat mulai berbicara kembali. Ingat untuk selalu menghargai, meminta maaf dan berterima kasih dalam setiap pembicaraan dengan pasangan untuk menjaga hubungan tetap hangat.</li>
</ol>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<br />
Sumber referensi<br />
Triangular Love Theory dari Robert Sternberg dalam situs http://www.robertjsternberg.com/love<br />
<br /></div>
Emak Diganhttp://www.blogger.com/profile/00175645830949648929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7320373811643842069.post-77739340146888771432020-01-20T20:32:00.000-08:002020-01-20T20:39:25.322-08:00Dear Working Mom : I Feel You, tooHalooowww.. lama banget EMak engga nulis hahaha. Mari memulai lagi yuk..Kali ini, Emak ingin menuliskan pengalaman Emak setelah akhirnya benar-benar memulai bekerja meski full time nya hanya dua hari seminggu dan sisanya hanya menerima tawaran pekerjaan setengah hari bila ada.<br />
<div>
.</div>
<div>
Jujur saja, sebelum benar-benar merasakan bekerja, ketika masih full tinggal di rumah mengurus anak, Emak pernah berpikir enak sekali para ibu yang bekerja, bisa keluar rumah, bertemu teman, sejenak istirahat dari anak dan punya penghasilan sendiri pula. Ada perasaan iri terhadap mereka yang bisa keluar rumah untuk bekerja dan jujur saja selama memutuskan menjadi ibu rumah tangga, Emak banyak menemui masa masa sangat jenuh sampai sampai malas mengerjakan segudang pekerjaan rumah yang menumpuk. Ada pula saat-saat dimana Emak minder sekali dengan teman teman yang bekerja. Perasaan hancur yang sulit dijelaskan dengan kata-kata bahkan sampai cenderung menarik diri. Alhamdulillah semua itu bisa terlewati.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Setelah bekerja, memang kesenangan yang dibayangkan dari pergi bekerja benar terjadi. Seperti bisa keluar rumah dalam waktu lama, bisa bertemu dengan teman-teman dan orang lain selain keluarga di rumah, punya banyak teman diskusi, bisa istirahat dari aktifitas mengasuh anak, dan tentunya mendapat penghasilan sendiri. Hampir enam bulan sudah kira-kira Emak mulai bekerja. Namun setelah mengalami sendiri, ternyata ada perjuangan yang juga sama beratnya dengan ketika Emak tidak bekerja. Perlu usaha lebih untuk memastikan semua peran dijalankan dengan baik tanpa mengabaikan orang-orang yang membutuhkan kita, terutama suami dan anak. Disini pandangan Emak semakin terbuka bahwa tidak ada yang lebih baik dari ibu bekerja maupun ibu di rumah. Semua menghadapi suka dukanya masing-masing.</div>
<div>
<br /></div>
<div>
Ketika Emak memutuskan untuk mengambil pekerjaan lebih rutin dan mendapat izin dari suami, Emak bertekad untuk menjalankan seluruh peran dengan baik. No baper baper No berantem berantem sama Apa (Pak Suami) karena ada tugas rumah yang keteteran atau luput merhatiin kebutuhan Digan dan Suami. Namun pada praktiknya, tekad saja tidak cukup dan ternyata suliit sekali untuk tetap seimbang menjalankan peran sebagai Ibu, Istri, dan juga Pekerja Profesi.<br />
<br />
Ada hari-hari dimana semua aman terkendali, lancar dan bisa dijalani dengan baik. Tapi ada pula dimana hari menjadi terasa begitu <i>riweuuuh, </i>ngos-ngosan, lelah sekali dan <i>rarungsing</i>. Sebagai ibu bekerja, sebelum berangkat biasanya kita menghadapi <i>morning rush</i>. Dari mulai masak, menyiapkan sarapan suami, beres-beres, cuci-cuci yang bisa dicuci, temani anak ke kamar mandi, nyuapin anak dulu, dll. Tidak jarang, malah kita yang lupa sarapan sebelum berangkat atau bekal makan siang kita yang ketinggalan hahaa. Ketika load kerjaan sedang banyak-banyaknya, tubuh rasanya tidak diberi jeda istirahat meski malamnya harus begadang-begadang sampai subuh. Pulang kerja harus berusaha tetap <i>mindful, </i>meninggalkan pekerjaan di kantor dan fokus main dengan anak serta quality time dengan suami. Namun tidak jarang pula diri ini saking lelah jadi sulit menahan emosi baik ke anak atau paling sering ke suami hehehe.<br />
<br />
'Alhamdulillah sejauh ini semua masih dapat dinikmati dengan segala suka dan dukanya. Peer besar Emak adalah lebih pandai memanage waktu dan diri agar tugas-tugas rumah pun dapat dikerjakan tanpa dinanti-nanti. Alhamdulillah banget juga keluarga memberika support yang luar biasa sehingga emak bisa kerja dengan tenang dan meninggalkan anak hampir tanpa drama. Digan bener-bener anak bageur dan pengertian :')<br />
<br />
<i>So, to all my dear Working Mom Friends, I feel you and I know how you might feel so exhausted running all those role every day. But you still enjoy being a mother and have your own career. As a working mom. There's nothing wrong with that, your feeling is completely true. </i><br />
<i><br /></i>
Sering kali para ibu bekerja bergelut dengan perasaan bersalah meninggalkan anak, bergelut dengan komentar lingkungan yang memberi cap 'buruk' pada mereka karena meniggalkan anak demi pekerjaan. Tanpa banyak yang juga tahu bahwa sebelum itu semua, sang ibu sudah lebih dulu merasa bersalah bahkan menyalahkan diri sendiri karena sering kali harus pergi meninggalkan anak. Sering kali, kondisi <i>Reality Bites </i>benar-benar terjadi. Mau tidak mau ibu harus bekerja untuk kehidupan keluarga dan anaknya yang lebih baik. Ada beberapa kondisi dimana sang ibu tidak memiliki pilihan lain.<br />
<br />
Namun, pada akhirnya tetap penting untuk memastikan ada ikatan yang terjalin, kehangatan yang terjaga, dan hati yang dihargai antara ibu, anak dan tentunya sang suami. Tetap berusaha <i>mindful </i>dan 'hadir' bagi anak dan suami, berusaha memenuhi peran dengan baik agar tidak ada hati yang merasa diabaikan menjadi sangat penting pada kondisi ibu yang bekerja. Selalu refleksikan kembali, apa tujuan kita bekerja dan demi kebaikan siapa? Hal ini juga Emak alami sendiri. Penting sekali untuk punya strategi mendetox emosi, menetralisir diri sepulang kerja sebelum berinteraksi dengan anak dan keluarga di rumah. Penting sekali untuk benar-benar menyediakan waktu berkualitas dengan anak dan suami tanpa diganggu pekerjaan dan hal lain. Sesederhana memeluk, menanyakan kabar, sampai bermain dan tertawa bersama.<br />
<br />
<i>Kita ibu yang bekerja, kita hebat dan kita bisa mejalani ini sebaik mungkin yang dapat kita lakukan.</i><br />
<i>Bantu kami, dukung kami, karena hanya itu yang kami butuhkan, apresiasi tanpa perlu menghakimi...</i><br />
<i><br /></i>
<i><br /></i>
Salam hangat,<br />
Emak <3<br />
<i><br /></i>
<i><br /></i></div>
Emak Diganhttp://www.blogger.com/profile/00175645830949648929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7320373811643842069.post-46428151181740658782019-05-29T14:42:00.000-07:002019-06-22T10:16:55.293-07:00Dear Mothers (Also Fathers) : Post Partum Life Transition Part I (Pregnancy)Ahaa.. Kembali lagi bersama Emak setelah ratusan purnama tidak jua menulis padahal sudah janji akan membahas Kehidupan Pasca Melahirkan dan transisinya dari akhir tahun laluu aa.. Maafkan Emak.<br />
<br />
Oke oke. Tanpa berlama-lama di pembukaaan, kita langsung saja masuk ke tulisan utama ya.<br />
<br />
Hari ini, kira-kira sudah 5 bulan Emak bersama teman-teman menjalankan program Sehati Ibu. Boleh follow ig @sehatiibu bagi yang belum <i>follow</i> yaa atau web <a href="http://www.sehatiibu.id/">www.sehatiibu.id</a> disana akan ada info, program dan konten menarik dari kami ahaay. Nah selama dua bulan ini, sudah cukup banyak cerita ibu-ibu yang masuk ke akun kami. Begitupun karena Ruang Ibu sudah dibuka, tema mengena adaptasi pasca melahirkan menjadi cerita yang bergulir dari setiap ibu. Ternyata, Emak tidak sendiri mengalami pergolakan dan jatuh bangun beradaptasi dengan situasi transisi pasca melahirkan. Eits apakah baru setelah melahirkan? Ternyata tidak. Transisi, pergolakan emosi, berbagai situasi tidak nyaman dapat juga terjadi sejak masa kehamilan. Kondisi transisi ini penting untuk disadari dan dipahami betul oleh calon ibu, ibu baru maupun juga ayah. Kenapa? Karena mustahil transisi ini bisa terlewati dengan cukup aman dan kesejahteraan psikis terjamin jika ibu maupun ayah tidak cukup peduli dengan kondisi ini. Segala kejutan perubahan peran, kendala, kesedihan, konflik akan sulit diatasi dengan baik. Maka dari itu, yuk kita ketahui seperti apa sih <i>Post Partum Life </i>dan transisinya. (Oiya tulisan ini juga mengangkat materi event <i>Post Partum Talk </i>bersama Mba Astra dari Halo Ibu.. Event keren yang menyentuh, menguatkan Emak mengenai adanya <i>Grieving </i>pasca melahirkan dan membekali para ibu untuk menghadapi transisinya.)<br />
<br />
...<br />
<i>Semua dimulai ketika garis dua tampak pada alat tes kehamilan.</i><br />
Masih ingatkah ayah dan ibu, rasanya melihat ada dua garis di alat tes kehamilan? Campur aduk yaa? Senang, haru, bahagia, bingung, cemas, takut bisa jadi dirasakan dalam satu waktu. Begitu pula yang Emak rasakan dulu waktu pertama kali tahu hamil Digan. Apalagi karena dulu sempat dibilang akan sulit punya anak, rasanya percaya ga percaya tuh lihat hasil positif. hihi. Dari sini lah transisi itu sebetulnya bisa dimulai.<br />
<br />
<b><i>PREGNANCY</i></b><br />
Untuk Emak pribadi, transisi perubahan peran sebagai ibu mulai terasa saat hamil. Rejeki setiap ibu berbeda-beda. Ada yang selama hamil masih bisa bekerja, jalan-jalan beraktivitas seperti biasa, ada yang mengalami perubahan cukup berat. Naah Emak termasuk yang kedua. Di awal hamil Emak mengalami mual muntah yang cukup parah sampai usia kandungan 4 bulan. Bahkan di trimester 2 dan 3 pun terbilang sangat mudah lelah dan beberapa kali perlu <i>bedrest</i>. Sejak hamil, Emak mulai merasa kehilangan kehidupan sebelum menikah dan hamil, kehilangan momen keluar rumah bekerja, kumpul-kumpul dengan teman sudah mulai dirasakan. Apalagi usia pernikahan yang masih sangat muda karena langsung mengandung membuat penyesuaian sebagai istri dan penyesuaian masa kehamilan langsung berjalan beriringan. Cukup terasa berat namun terlalui juga.<br />
<br />
<ul>
<li><b>What Fathers Should Know?</b></li>
</ul>
<b> </b>Saat hamil, akan banyak perubahan terjadi pada istrimu wahai calon ayah. Tidak hanya perubahan fisik, namun perubahan <i>mood</i>, kondisi psikologisnya pun bisa sangat mengejutkan. Istri yang tadinya tampak setrong dan mandiri bisa berubah menjadi sangat sensitif dan manjaa sekali maunya pegangan sama suami hehe. Ada pula yang tadinya tenang, kalem, eh saat hamil mejadi mudah emosi, mudah kesal, mudah menangis. Setiap wanita mengalami proses yang unik dan bisa jadi tidak sama dengan ibu hamil lainnya. Belum lagi <i>morning sickness</i> di awal kehamilan, perubahan fisik selama hamil. Di trimester ketiga mulai sering sesak, berat, mudah lelah, pegal, posisi tidur serba salah, tidak bisa tidur, makan banyaaak sekali. Bersiaplah wahai para calon ayah. Dampingi istrimu, temani ketika ia membutuhkanmu, membutuhkan usapanmu ketika perutnya mual, pinggangnya pegal, kakinya sakit karena menopang bobot tubuh yang besar. Terimalah kondisinya ketika sedang dilanda naik turun <i>mood</i>, sedang mudah kesal, tiba-tiba mudah menangis. Temanilah, beri dukungan untuk bisa melalui proses ini dengan baik. Katanya, ibu hamil jangan sampai stress, tapi tidak mungkin kan kita hidup tanpa masalah? Cukup pastikan engkau hadir untuk istrimu saat menghadapi situasi stress. Perbanyak membaca referensi mengenai proses kehamilan dan melahirkan. Ibu akan bahagia sekali saat tahu bahwa ayah juga mencari tahu berbagai informasi seputar proses yang dialami ibu hamil<br />
<br />
Nah tapi bagaimana jika ayah statusnya LDM atau Long Distance Marriage? Jauh dari ibu dan tidak bisa menemani setiap saat?<br />
<br />
Ada baiknya, ayah bantu memastikan bahwa ibu memiliki support system yang positif di sekitarnya. Apa yang hatus dipastikan?<br />
1. Ada orang yang akan siaga membantu ibu kapanpun di perlukan atau dalam situasi situasi urgent<br />
<br />
2. Ibu punya teman berbagi yang siap menampung keluh kesahnya ketika ayah sedang tidak bisa dihubungi karena pekerjaannya<br />
<br />
3. Meskipun jauh, bantu ibu memilih dokter kandungan terbaik hasil diskusi dan pilihan bersama. Pastikan ibu mendapatkan pelayanan kesehatan terbaik yang dibutuhkannya.<br />
<br />
4. Selalu luangkan jadwal khusus setiap harinya dimana ibu bisa menghubungi ayah dan menceritakan keluh kesahny, perasaannya seharian dalam kondisi hamil. Perasaan diterima, didengarkan, dan suami hadir dalam proses kehamilan sangat menentukan kebahagiaan ibu hamil. Ibu hamil yang bahagia sangat baik juga untuk perkembangan psikologis anak kelak.<br />
<br />
5. Ketika waktu ayah pulang, pastikan ayah sepenuhnya meluangkan waktu untuk ibu . Menemani, mendengarkan, membelikan makanan kesukaan, menemani ibu kontrol kandungan, dll<br />
<br />
6. Pastikan ayah memiliki stock kesabaran yang banyaaak. Bagaimanapun, proses kehamilan tidaklah mudah bagi ibu. Perubahan fisik, fluktuasi hormon, perubahan psikologis menjadi tantangan bagi ibu. Apalagi jika ibu tidak setiap hari bersama ayah, hari hari bisa jadi terasa berat bagi ibu. Jd jika ibu lebih sensitif, emosional, lebih ingin dimanja, maka mengertilah dan bersabarlah. Nanti proses ini akan berlalu juga π<br />
<br />
<ul>
<li><b>What Mothers Should Know?</b></li>
</ul>
Para ibu biasanya sudah lebih rajin mencari tahu, belajar segala hal mengenai kehamilan dan proses melahirkan. Entah itu browsing, baca buku, ikut kuliah whatsapp, sampai ikut seminar/workshop. Tapi beberapa ibu mungkin juga tidak. Emak merekomendasikan buku 'What to Expect When You're Expecting' buku ini cukup ringan untuk dibaca dan bermanfaat banget. Selain itu penting untuk membaca tentang managemen emosi saat kehamilan dan mempersiapkan proses melahirkan seperti buku buku Gentle Birth dari Bidan Kita. Naah karena pembahasan soal perubahan fisik dan kesehatan bukan wilayah spesialisasi Emak, jadi mungkin tidak akan banyak dibahas disini. Emak lebih menyoroti perubahan psikologis yang terjadi selama hamil. Kondisi yang juga sempat membuat Emak dan Suami tekejut kejut adalah perubahan kondisi emosi emak selama hamil. Tetapi sebagai catatan, kondisi perubahan psikologis selama kehamilan bisa jadi tidak dialami oleh sebagian ibu karena setiap ibu memiliki pengalaman kehamilan yang unik, tidak bisa disamakan. Disini emak lebih banyak sharing pengalaman pribadi yaa.<br />
<br />
Pada trimester pertama Emak menjadi superrr sensitif. Sering menangis, mudah tersinggung, gampang sedih, mood swing dsb. Sampai pada fase ini cukup banyak percikan percikan emosi dengan suami. Potensi pertengkaran besar sekali karena Emak yang suppeeerr moody. Pada Fase ini sebaiknya calon ibu banyak menenangkan diri, melakukan refleksi untuk menyadari emosi emosi yang dirasakan serta apa penyebabnya, lakukan berbagai teknik relaksasi untuk membantu meredakan emosi. Bicarakan dengan baik apa saja yang dirasakan, apa yang bisa dilakukan oleh suami untuk membantu ibu. Ajak suami untuk sama sama membaca buku buku kehamilan dan parenting yang sedang ibu baca sebagai persiapan dan agar suami lebih mengerti kondisi ibu. Stop juga terlalu banyak browsing dri sumber sumber yang mungkin tidak jelas. Sebaiknya tanyakan langsung pada ahlinya seperti dokter dan psikolog, membaca buku referensi yang jelas, bisa jg sharing dengan sesama ibu :) <br />
<br />
Trimester keduaa, wiih perubahan total 180Β°. Emak menjadi sangat ceria, happy, senang banget bercanda, banyak tertawa. Konflik dengan suami pun jauh berkurang karena Emak tidak sesensitif di trimester pertama. Hihi. Pada fase ini sering disebut sebagai fase Honey Moon lagi. Karena calon ibu mulai merasakan nikmatnya hamil dan tubuh terasa lebih nyaman. Morning sicknessjuga berkurang. Naaah mulai deh bisa mesra mesraan dengan suami. Dokter juga mengatakan hubungan badan dibolehkan banget dan sudah relatif aman di fase ini uhuuy. Tips nya pada fase ini benar benar nikmati proses kehamilan yaa.<br />
<br />
Trimester ketiga, nah emak sendiri karena melahirkan premature jadi hanya mengalami satu bulan trimester ketiga huhu. Tapi perubahan yang dialami oleh Emak adalah pada fase ini kembali Emak agak lebih sensitif. Semua dipengaruhi beban tubuh yang semakin berat dan badan yang lebih mudah pegal dan sakit. Selain itu, kualitas tidur mulai berkurang karena sulit mencari posisi tidur yang nyaman. Akhirnya di siang hari pun jadi lebih sensitif. Pada fase ini, lagi lagi ibu perlu terbuka kepada suami, sampaikan ibu membutuhkan bantuan apa. Sekedar usapan di punggung atau dipeluk sangaat membantu. Pada fase ini juga kita muai merasakan cemasnya, deg degannya melahirkan. Perbanyak bekal membaca, banyak melakukan latihan nafas dan gerakan yoga ringan akan membantu tubuh ibu lebih rileks dan menenangkan ibu. Diskusikan juga bersama suami proses melahirkan seperti apa yang ibu inginkan, kontribusi apa yang diinginkan dari suami saat proses bersalin dan semua tentang proses bersalin. Mulailah menyiapkan keperluan bayi agar ibu pun merasa lebih siap menyambut kelahiran sang bayi. Uuh β€<br />
<br />
Sekian dulu ya part Pregnancy nanti kepanjangaan.. hihi.. untuk Post Partum Life nya lanjut di tulisan berikutnya yaa. Terimakasih ibu dan calon ibu.. semoga tulisannya membantu<br />
<ul>
</ul>
Emak Diganhttp://www.blogger.com/profile/00175645830949648929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7320373811643842069.post-26015093932096213232019-03-11T11:01:00.001-07:002019-03-11T11:08:37.500-07:00Dear Stay at Home Mom : It's not easy. I know, I Feel You, I Am With YouKali ini Emak mungkin lebih banyak curhatnya. Sedikit menumpahkan isi kepala yang penuh hehe. Sekaligus menyambut hari baru dengan kemungkinan Emak akan mulai beraktifitas kerja lagi, dan hari hari Emak berdua saja dengan Digan di rumah mungkin tak ada lagi.<br />
<br />
Digan sudah setahun, maka setahun pula lah juga Emak lebih banyak menghabiskan waktu di rumah bersama Digan. Hari demi hari dilalui dengan aktifitas yang hampir sama. Dari sejak bangun hingga tertidur di malam hari. Setahun ini pula kesabaran Emak banyak diuji. Bukan tidak ikhlas, tidak bahagia, tidak senang menjalani peran sebagai ibu yang sepenuhnya di rumah. Hari-hari bersama Digan sangat membahagiakan dan tidak akan terganti oleh apapun. <i>But still, it is hard. Yes it is </i>.<br />
<br />
Apa rasanya?<br />
Setiap hari, Emak melepas semua anggota keluarga pergi untuk bekerja atau beraktifitas keluar rumah. Ayah, ibu dan suami juga adik. Tinggalah Emak hanya berdua Digan. Memandikan, masak, memberi makan, main, beberes, menyuapi lagi, beberes lagi, main, menyuapi lagi, memandikan, sampai tidur kembali.<br />
Menjelang sore atau malam, semua anggota keluarga pulang. Masing masing menceritkan apa yang dialami di luar rumah. <i>And almost no one asked you about your day, because the answer will always be the same.</i> <i>To be honest, that was sad. </i>Seringkali, saking bosan dengan aktifitas itu itu saja, beraat sekali untuk mengerjakannya bahkan jadi tak dikerjakan. Hehe bukan untuk ditiru dan dipertahankan.<br />
<i><br /></i>
Setiap hari, Emak bertemu dengan orang yang sama, lagi dan lagi. Dalam sebulan, syukur syukur bisa ke rumah ibu mertua sehingga setidaknya ada orang baru yang bisa diajak berinteraksi. Bagaimana dengan teman? Yah setelah menikah, punya anak, dan memutuskan full menjadi ibu di rumah, pergi keluar rumah untuk hengot sama teman tidak semudah itu lagi. Banyak pertimbangan apalagi jika anak tidak terbiasa ditinggal dengan pengasuh. Melihat foto foto teman saling berkumpul , ada sedikit rasa rindu dan cemburu. Tapi ya sudahlah, setiap orang punya jalan hidup masing-masing.<br />
<br />
Suatu waktu ketika sudah sangat penat, suami adalah satu satunya tempat Emak melipir dusel-dusel mencari secercah cahaya yang menghangatkan dan mengisi kerinduan untuk berinteraksi. Namun terkadang, <i>he is also tired because his work. There again, in the middle of the night you end up alone, scrolling on your phone or just sitting there quitely. Refused to sleep early to feel your own self again. </i><br />
<i><br /></i>
Satu tahun Digan, neneknya (Nyai)pensiun. Emak pun mulai mempertimbangkan untuk bekerja lagi. Pada suatu hari, Emak hadir di syukuran pelepasan Nyai pensiun di kantornya. Ramai sekali. Banyak orang datang. Emak sendiri datang bersama Digan dan Apa. Tak lama, Apa harus pergi karena ada pekerjaan. Tinggalah Emak dan Digan. Lucu sekali karena di tengah keramaian itu rasanya sepi dan mungkin ada sedikit rasa iri. Purna tugas di puncak karir, dikeliling banyak rekan kerja yang menyayangi. Bertolak belakang sekali dengan Emak yang sendiri. Diam di ruang istirahat bersama Digan ketika di luar ramai sekali. Rasanya sama seperti saat ini. Emak di rumah, bersama Digan disaat rasanya, rasanya nih yah, di luar sana orang-orang sibuk dengan aktifitasnya. Rasanya seperti perlahan Emak tenggelam dalam kegelapan. Dan terlupakan. Haha lebay ye..<br />
<br />
Loh kan ada sehati ibu? Tentu, tentu Emak tidak melupakan bahwa sehati ibu kini menjadi support grup paling kuat yang menguatkan Emak sampai hari ini. Membuat emak merasa tak sendiri. Tapi terkadang rasa sepi itu menyelinap datang dan Emak tak pandai mengungkapkannya. Hanya cengagas cengeges, centil-centilan, banyak bercanda, berkeras ingin melayani orang-orang rumah. Padahal dalam hati sepi dan itu cara agar rasa sepi itu sedikit berkurang. Tapi tentu pada praktiknya tak semulus niat hati hehe.<br />
<br />
Setahun ini, menjalani peran sebagai ibu yang full di rumah, disaat dulunya mah haduuh lama lama di rumah mana betah hihi. Banyak suka dukanya. Tapi percayalah, rasanya jauuuh jauuh jauuh lebih sulit ketimbang dulu Emak harus kerja dr pagi sampai malam, ke beberapa tempat sekaligus dalam sehari kadang pulang masih lanjut kerja. Semua itu jd terasa mudah banget haha.<br />
<br />
Dulu Emak suka bertanya tanya kenapa berdasarkan hasil penelitian dan di berbagau artikel disebutkan bahwa ibu rumah tangga lebih rentan mengalami stress dan depresi. Sekarang setelah menjalani sendiri, jadi mengertiii sekali. Bagaimanapun ini tidak bermaksud mendiskreditkan ibu bekerja yaa.. semua pasti menjalani perjuangan dan kesusahanya masing-masing.<br />
<br />
Kondisi ini lah yang mendorong Emak akhirnya lebih tertarik membuat support grup para ibu ketimbang 'ngotak-atik anaknya' karena ini lah Sehati Ibu juga bisa lahir dan berjalan. Jadi selaluu ada hal baik dari kesulitan sekecil atau seberat apapun.<br />
Jadi untuk para ibu di luar sana, yang memutuskan menjadi stay at home mom, takapa, memang tidak mudah. Ibu tidak sendiri. Ada banyak yang mengalami seperti ibu di luar sana.<br />
<br />
<i>To every mother who spend mostly their time at home,</i><br />
<i>It's ok to be not ok. It is not easy. I feel you and I am with you.</i><br />
<i><br /></i>
Tulisan ini dibuat tidak hanya sekedar curhat tapi berbagi agar para ibu tidak merasa sendiri. (Tapi tentu ada misi pribadi supaya feel better after a not so okay day). Melepas kecemasan akan praktik lagi, melegakan hati yang dipenuhi rasa <i>incapable </i>karena beberapa hal.<br />
Semoga jadi pengingat untuk lebih bersyukur dan penyemangat di hari hari ke depan.<br />
<br />
Peluk hangat,<br />
Emak β€Emak Diganhttp://www.blogger.com/profile/00175645830949648929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7320373811643842069.post-42224603057107394962018-12-16T06:46:00.000-08:002018-12-16T06:55:09.563-08:00Dear Husbands #1: Thank You for Listening (and Let Your Wife Crying)Tulisan kali ini, Emak mau menyapa para pak bapak suami di luar sana dulu yaa.. Haloo para suami hebat! Tulisan kali ini Emak dedikasikan untuk para suami yang meski dengan susah payah mau mendengarkan, mencoba memahami, dan di atas segalanya...membiarkan istrinya menangis dan menemaninya. Uuuh so sweet π<br />
<br />
Kenapa harus khusus berterimakasih? Karenaa eh karenaa..bagi para penghuni planet Mars inii, sangat tidak mudah mendengarkan, bersabar menemani dan membiarkan istrinya menangis tanpa mengerti dengan jelas alasannya apa. Di saat secara naluriah mereka maunya langsung cut dan masuk ke solusi aja deeh. Gitu. Yhaa khaan pak bapak? Hihi.. Sedangkan bagi kami para wanita penghuni planet Venus, maunya ceritaaa, maunya didengarkaan, maunya ditemeniin, dimengerti ketika sedang menangis sesegukan. Kalau perlu ditambah sedikit sedikit sentuhan, pelukan, dibelikan martabak manis atau sebongkah berlian (loh kok ngelunjaak hahaha)<br />
<br />
But yes! Didengarkan, dipahami, dan diberi ruang untuk menangis adalah hal yang sangat sangat sangat penting untuk kami para wanita. Mirisnya, ada sangat banyak jg kasus terjadi dimana istri merasa suaminya tidak mau mau mendengarkan. Hanya menjalankan tugas utama yaitu mencari nafkah tapi kurang sekali terlibat dalam menyupport istri dari sisi emosinya.<br />
<br />
Emak merasakan sendiri betapaa oh betapa peran Apa dalam hidup Emak pentiing sekali. Apalagi semakin hari Apa banyak menunjukan perubahan, lebih sabar menghadapi istrinya yang baperan dan masih mudah mewek ini, serta bisa jadi partner diskusi tentang kehidupan. Alhamdulillah. Peran Apa terasa semakin penting pasca Emak melahirkan Digan. Ga kebayang sih kalau bukan Apa yang menemani Emak dengan segala drama proses melahirkan dan komplikasi pasca melahirkan yang Emak alami.<br />
<br />
Coba ah Emak absen dulu,<br />
siapa disini pakbapak yang bingung kenapa istrinya pasca melahirkan makin sering nangis? Atau uring-uringan? Mudah marah? Mudah cemas?<br />
Siapa pakbapak yang sampai sekarang susah menerjemahkan kode kode dari sang istri?<br />
Siapa yang setelah punya anak, pulang ke rumah dengan tubuh lelah tapi dihadapkan pada tugas lain yaitu diminta menjaga anak selagi Emaknya ingin istirahat sejenak?<br />
Siapa yang di kantor kepikiran biaya vaksin anak, berobat, biaya pempers, dll? Hihi<br />
Emak yakin pasti banyak yang ngacung hehe.<br />
<br />
Pasca lahirnya seorang anak, tak hanya beban ibu yang bertambah tetapi juga beban ayah. Namun seringkali para ayah ini tidak mengungkapkan keresahannya. Seolah dingin dan tak peduli, padahal ia hanya berusaha memfokuskan pikirannya pada hal yang utama yaitu mencari nafkah agar kebutuhan istri dan anak terpenuhi. Tapi lalu ibu uring-uringan minta diperhatikan yha kaan hihi. Sebelum ditampol ibu-ibu sejagadh raya, Emak ingin sampaikan sesuatu..<br />
<br />
Pasca melahirkan memang ibu butuh sekali diperhatikan, didengarkan, mendapat dukungan emosional. Krn selain perubahan hormon yang belum stabil, bentuk tubuh yang belum kembali, ibu dihadapkan pada rutinitas baru bersama anak yang menyita seluruh energinya sampai kebutuhannya sendiri tidak terpenuhi. Sehingga wajar bila ibu menjadi mudah emosi dan rungsing hehe. Karena itu, salut dan terimakasih sekali pada suami, bapak yang mau mengerti, mendukung, menemani, bahkan sangat terlibat dalam pengasuhan anak. Seperti mengganti popok, memandikan, dan mengajak bermain. Sementara ibu bisa sejenak mengisi perut yang kosong sejak siang, sejenak mandi air hangat atau meminum kopi yang terbiarkan dingin. Tapi yang paling utama, menyimak dan memberi kesempatan bagi ibu untuk menangis.<br />
<br />
Percayalah, Pa. Ibu mungkin sudah menahan tangisnya sejak lama. Ia telan segala kebingungannya, mencoba tangguh demi anaknya, menerima berbagai komentar orang tentang cara ia mengasuh anak, belum lagi komentar tentang perubahan fisiknya. Semua ia terima, ia beri senyum pada semua kondisi itu dan memilih menangis di hadapanmu. Suaminya, orang yang sangat ia andalkan dan percaya.<br />
<br />
Percayalah, Pa. Mungkin puluhan tangis sang bayi memekakan telinganya di hari itu namun ia tetap sabar. Ia redakan tangis anakmu, ia peluk anakmu sambil menahan perih puting susunya yang lecet karena menyusui. Ia memilih sabar, tangguh di hadapan anakmu. Tapi di hadapanmu, Pak. Ibu tidak kuasa. Ia butuh bahumu, sentuhan lembut dan peluk hangat. Sejenak untuk meringankan bahunya yang mengeras menahan tangis berhari-hari.<br />
<br />
Percayalah, Pa. Sejenak saja. Tatapan matamu yang teduh, usapan lembut, dan kehadiranmu menanti tangisnya usai sangatlah berharga. Tanpa mengkritik dan menilai ibu yang sedang menangis, sejenak mengeluh. Tanpa dengan cepat menasihati. Karena didengarkan, hanya itu yang ibu butuhan. Itu sangatlah membantu ibu. Sangat sangat menenangkan.<br />
<br />
Karena itu, Terimakasih, Pa. Terimakasih sudah mendengarkan dan membiarkan istrimu menangis. Terimakasih β€<br />
<br />
Dan, Ibu..<br />
Mari hargai usaha Bapak, dengan lebih peduli pada apa yang ia butuhkan namun sangat sulit diungkapkan. Pada keresahan yang ia pikul dalam diam. Pada perasaannya yang ia kesampingkan karena dituntut untuk tangguh memimpin kehidupan.<br />
<br />
<br />
Seringkali yang ia butuhkan hanya ketenangan dan kesempatan menyendiri mengusir keresahan. Segelas teh hangat buatan ibu mungkin lebih membantu π<br />
<br />
Salam,<br />
Emak Digan.Emak Diganhttp://www.blogger.com/profile/00175645830949648929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7320373811643842069.post-26830059777860684962018-12-06T07:57:00.001-08:002018-12-06T08:57:10.090-08:00Dear Mothers #2: Being A Stay At Home Mom, Grieving, Then HealingYep, kali ini kita akan bahas mengenai kehidupan sebagai <i>stay at home mom</i> dan <i>grieving? </i>Maksudnya <i>grieving? </i>Ah <i>lebay</i> kali. Eits! Sebelum menilai bahwa <i>grieving</i> dalam proses menjalani kehidupan ibu rumah tangga adalah sesuatu yang <i>lebay, </i>coba dibaca dulu tulisan Emak yang satu ini. Semoga bermanfaat bagi para ibu dan <i>support system </i>di sekitarnya yaa.<br />
<br />
Memutuskan menjadi sepenuhnya ibu rumah tangga yang tinggal di rumah bersama anak bukanlah keputusan yang mudah. Baik saat proses membuat keputusannya maupun saat menjalaninya. Seperti yang disebutkan dalam artikel "What Research Says About Being a Stay At Home Mome?" [1] bahwa saat ini ibu yang memutuskan menjadi <i>stay at home mom </i>(SAHM) mengalami peningkatan, namun di sisi lain banyak ibu SAHM yang melaporkan bahwa mereka mengalami kesedihan, rasa marah, dan bahkan depresi. Disebutkan pula bahwa SAHM menghabiskan hampir seluruh waktunya bersama anak dibandingkan bersosialisasi di luar sehingga hal ini membuatnya rentan merasa kecil di lingkungan sosial. Karena itulah, <i>support system</i> yang baik sangat mereka perlukan untuk lebih meningkatkan rasa berharga, menyayangi diri dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.<br />
<br />
<i>See? It's not easy. </i>Namuun di sisi lain, artikel dari Tribunnews.com [2] menyebutkan bahwa ibu rumah tangga justru merasa lebih bahagia karena berada di rumah, memberikan sepenuhnya waktu dan diri mereka untuk keluarga membuat mereka merasa berarti. Loh? Bisa bertolak belakang dengan artikel sebelumnya yaa? Inilah menariknya menjadi ibu rumah tangga. Ada perasaan yang bisa sangat bertolak belakang yang dirasakan oleh kami. Di sisi lain kami sangaaat bahagia karena bisa lebih banyak menghabiskan waktu dan berbagi dengan keluarga, namun di sisi lain seringkali ada titik jenuh, bosan, setiap hari berada di rumah membuat emosi dengan mudah menguasai apalagi bila tidak memiliki strategi regulasi yang tepat.<br />
<br />
Sama halnya yang dirasakan oleh Emak. Membuat keputusan menjadi SAHM, tidak mengambil pekerjaan di luar rumah, sepenuhnya mengurus anak dan rumah bukanlah proses yang mudah. Tapi di sisi lain justru sangaaat membahagiakan. Tidak ada yang bisa menggantikan rasanya bersama anak setiap saat, memastikan setiap aktifitasnya satu hari dan merasa sepenuhnya <i>in control</i>. Maklum Emak orangnya pencemas dan sulit percaya orang lain haha. Jadi susaaah banget untuk menyerahkan Digan ke pengasuh. Pokonya emang bahagia banget nget nget!!. Tapii..jeng jeeeng. Ada yang aneh dengan Emak! Ada perubahan aneh yang terjadi ketika dan beberapa waktu setelah Emak memutuskan menjadi SAHM.<br />
<br />
Awalnya, ada fase dimana Emak menolak kenyataan bahwa Emak harus sepenuhnya di rumah, tidak bekerja, tidak beraktfitas. Lalu Emak menjadi mudah marah, mudah terbawa emosi dan berkurang kesabaran dalam menghadapi Digan. Sangat aneh karena Emak biasanya sabar sekali pada Digan. Ketika Emak mencoba bercerita pada teman, Emak merasa membaik. Namun muncul fase terjun bebas kembali. Emak kehilangan semangat, malas melakukan apapun yang menyangkut pekerjaan rumah, helpless, <i>low low low low energy</i> sekalii. Syukurlah keadaan ini disadari penuh akhirnya dan Emak tahu ini tidak boleh dibiarkan berkelanjutan. Jadilah Emak banyak refleksi dan mencoba menambah pengetahuan mengenai apa sih yang terjadi pada Emak.<br />
<br />
Sampailah Emak pada suatu konsep yang namanya <i><a href="https://www.healthline.com/health/stages-of-grief">Grieving Stage</a> </i>dari Kubler Ross. Aslinya konsep ini muncul untuk para pasien yang mengalami <i>Terminal Illness</i>. Kemudian konsep ini berkembang dan lebih banyak dipakai untuk mendeskripsikan kondisi seseorang yang baru kehilangan seseorang karena kematian. Namun dijelaskan dalam artikel "<span style="color: #231f20; font-family: "tiempos" , "georgia" , "georgia" , "times new roman" , "times" , "times" , serif;">What You Should Know About the Stages of Grief" [3]</span><span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;">bahwa <i>Grieving </i>bersifat universal, unik dan tidak hanya tentang kematian. Tapi perpisahan, perceraian, kehilangan pekerjaan, dan semua yang terkait perubahan tiba-tiba.</span></span><br />
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;">Emak sendiri belum menemukan artikel ilmiah, jurnal atau penelitian terkait <i>grieving </i>dan kehidupan SAHM. Namun berkaca pada pengalaman sendiri, konsep ini terasa pas dan berhubungan. Emak sadar betul yang dirasakan jelas sudah bukan <i>baby blues </i>dan bukan pula PPD (<i>Post Partum Depression). </i>Satu-satunya konsep yang bisa menjelaskan kondisi Emak ya <i>grieving </i>ini. Untuk tahapannya apa saja, bisa langsung cek tautan terkait yaah. Nah berangkat dari pemahaman ini, akhirnya Emak pun merasa mendapatkan energi baru dan mencoba mengatasi hal ini. Apa yang Emak lakukan?</span></span><br />
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><b>Membuka Diri pada <i>Support System </i>Utama yaitu Pak Suami. </b>Akhirnya Emak mulai menceritakan pada pak suami apa yang terjadi dan apa yang Emak butuhkan darinya yang mampu membantu Emak. Alhamdulillah setelah percakapan cukup panjang dini hari, heart to heart sama pak Suami yang makin sabar sama Emak. Emak merasa jauuh jauuuh jauuuh membaik! Energi di rumah, terutama Digan pun terasa perubahanya. Emak kembal menjadi Emak yang lebih sabar di rumah. Tidak berhenti sampai disini.</span></span><br />
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><b>Membuat </b><b style="font-style: italic;">personal plan. </b>Emak mulai membuat rencana strategi <i>healing</i>. Emak mulai dengan membuka kembali <i>blog </i>dan kembali menulis. Target setiap satu atau dua minggu naik tulisan Emak di blog ini. Lalu Emak mulai melengkapi kembali alat lukis. Hobi yang sangaat lama ditinggalkan padahal sejak dulu menggambar selalu menjadi sarana katarsis Emak. Meskipun masih belum sempat juga dilakukan hahaha. Tapi akan disempatkan. Tentu rencana-rencana personal lainnya yang dirasa diperlukan agar Emak tetap sehat dan waras hihi.</span></span><br />
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;">Sampai disana, kok rasanya masih ada yang kurang ya. Pikiran Emak pun menerawang pada ibuk-buk lain di luar sana yang mungkin mengalami hal yang sama dengan Emak. Bahkan mungkin tidak disadari sehingga tidak ditangani dan tidak pernah sampai pada tahap <i>acceptance</i>. Sulit menerima diri, tidak menyayangi diri, emosi-emosi terpendam muncul ke permukaan dan siapa yang paling rentan terkena? Tentu anak sendiri. Jadilah muncul keinginan yang sangat kuat untuk berbagi, membantu dan saling menguatkan para ibu di luar sana.</span></span><br />
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;">Emak pun akhirnya menghubungi beberapa teman, sharing dan woow banyak pula yang mengalami hal yang sama meski tidak tahu secara konsep apa yang terjadi dengan mereka. Jadilah <i>personal plan </i>tidak lagi menjadi personal.</span></span><br />
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><b><i>Spread Positivity and Make some Differences</i></b></span></span><br />
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;">Sejenak lupa, kemudian kembali pada kalimat ini. Sesuatu yang senang Emak lakukan sejak duluuuu. Aaah kenapa lupa dan terpatok hanya pada harus kerja, berkarir. Ah benar jugaa. Alhamdulillah Emak sampai pada fase ini. Fase dimana Emak bertemu dengan para ibu-ibu hebat dari berbagai kota dan kami mulai berkumpul (meski <i>online</i>) dan membuat rencana bersama untuk menebar energi positif dan membuat perubahan-perubahan kecil namun bermanfaat bagi para ibu lainya. Aktifitas seperti ini yang justru tidak pernah gagal memberi energi semangat buat Emak nih! Yooossh! </span></span><br />
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;">Apa sih rencananya? Apa sih yang akan dilakukan? Eits! Tunggu tanggal <i>launching</i> nya yaa. Yang pasti Emak merasa sangat bersyukur bisa berkumpul dengan para ibu hebat ini. Hampir semuanya ibu rumah tangga namun juga tidak sedikit yang berkarya. Berangkat dari personal story yang sama yaitu menjadi Stay At Home Mom, kami ingin lebih kuat, ingin berbagi energi positif, ingin bisa saling menyupport. Tentunya tidak menutup kemungkinan juga bagi para <i>working mom </i>di luar sana yang juga sama hebatnyaa.β€β€β€</span></span><br />
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"> Oiya kembali lagi pada kondisi <i>grieving </i>pada SAHM.<i> Is it okay to grief your past life after deciding to become SAHM? It's not okay but IT'S NECESSARY. </i>Kenapa? karena kita perlu sampai pada tahap <i>acceptance, </i>menerima, penerimaan. Meski tidak seluruh tahapan <i>grieving </i>perlu dilalui dan setiap orang mengalami fase yang unik, tapi proses mengalami dan memahami rasa kehilangan dan berduka atas kehilangan tersebut tidaklah salah, ia bahkan mampu mengantarkan kita pada fase dimana kita bisa menerima kondisi yang ada saat ini. Dengan menyadari proses tersebut yang terjadi pada diri kita maka akan tepat pula langkah-langkah kita dalam merespon apa yang kita rasakan dan apa yang perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan kita agar kita mampu pulih dan <i>move on</i>.</span></span><br />
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;">FYI, sebenernya Emak juga ga berhenti kerja selamanya sih hahaa. Sementara sampai Digan siap ditinggal sehari dua hari selama beberapa jam sajaah. Tentu Emak akan lebih banyak di rumahnya. Lebay yaah haha Engga dong. Tidak ada yang mudah ketika kita membuat suatu perubahan yang tidak sesuai rencana kita sebelumnya. Fase ini toh tetap terjadi pada Emak dan Alhamdulillah mulai teratasi. Selain itu, tidak ada sesuatu yang besar yang lahir dari kemudahan bukan? Jadi Emak alami, sadari, terima dan atasi. Kini mari mulai bergerak, untuk para ibu di luar sana :) </span></span><br />
<span style="color: #231f20;"><span style="font-family: inherit;"><br /></span></span>
<span style="color: #231f20;">Sumber Referensi:</span><br />
<span style="color: #231f20;">[1] https://www.verywellfamily.com/research-stay-at-home-moms-4047911</span><br />
<span style="color: #231f20;"><br /></span>
<span style="color: #231f20;">[2] http://www.tribunnews.com/lifestyle/2016/09/30/survei-ibu-rumah-tangga-hidup-lebih-bahagia-ketimbang-ibu-bekerja</span><br />
<span style="color: #231f20;"><br /></span>
<span style="color: #231f20;">[3] https://www.healthline.com/health/stages-of-grief</span>Emak Diganhttp://www.blogger.com/profile/00175645830949648929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7320373811643842069.post-27806904088052307312018-11-23T07:38:00.000-08:002018-12-06T07:57:43.941-08:00Dear Mother #1 : You are Enough<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<i>"I wish I knew from the start that being a mother will be this tough (and blissful at the sametime)"</i><br />
<br />
Kalimat itu sekali dua kali melintas di kepala Emak. Ya, seandainya saja Emak tahu lebih awal bahwa menjadi seorang ibu perjalanan yaaang..nano nano. Tahu siih dari cerita orang atau bacaan. <i>But believe me, you thought you knew until you stand on the shoes</i>. Belajar ilmu psikologi sejak 2007, mendalami psikologi anak dan penghayatan Ibu di Magister Profesi selama 3 tahun puun ternyata belum cukup . Dulu Emak pikir sudah bisa cukup menghayati. Sampai akhirnya menjalani sendiri peran ibu. <i>Well, you really have to walk the talk</i>.<br />
<br />
Kalimat tersebut bukan muncul dari rasa sesal atau tidak bersyukur. Jelas bukan. Namun, selalu ada masa-masa dimana menjadi ibu terasa begitu mendebarkan, begitu membuat terkejut, gemetar bahkan di satu titik <i>you really have no idea what's going on</i> haha. Biasanya ini terjadi ketika anak sakit, menangis kesakitan dan Emak ga tahu bagian mana yang sakit. uhuhu. Ketika berbagi dengan teman sesama ibu, tak sedikit yang merasa gagal, merasa menyesal, merasa tidak mampu ketika pada satu titik anak mereka sakit atau mengalami masalah. Padahal sehebat dan sepintar apapun, tidak ada seorang pun yang benar-benar menguasai ilmu menjadi orangtua. Apalagi untuk orangtua dengan anak pertama. Tentu banyak tidak tahunya, banyak bingungnya, banyak sulitnya, dan bahkan banyak miskomnya dengan suami soal kondisi anak. ihihi. Teruntuk para orangtua, khususnya ibu yang sedang merasa gagal:<br />
<br />
"<i>Kau tidak pernah gagal, Ibu. Kecuali kau berhenti belajar dan mencoba. Kau tidak pernah gagal, Ibu. Karena bagi anakmu, kasih sayangmu adalah segalanya</i>"<br />
<br />
Rasanya sekarang, jika mendengar ada mahasiswa yang mengeluh 'bosan kuliah, mau nikah aja', dia pasti belum merasakan bosannya di rumah mengerjakan aktifitas yang sama 24 jam x 7 har x 4 minggu haha. Yang mengeluh 'cape ditolak dosen pembimbing' pasti belum pernah ngerasain menu makanan yang dibuat pakai proses semedi, doa, diracik sedemikian rupa, disajikan sedemikian menarik nyatanya ditolak mentah-mentah oleh anak, dilepeh, bahkan dilempar-lempar. almost everyday sampai mendadak si anak mau makan lagi :D. Yang mengeluh cape kerja mau nikah aja, pasti belum merasakan suami dan anak sakit dalam waktu yang sama plus kitanya juga mulai meriang berhari-hari. kkkkk. Kalimat-kalimat tersebut terdengar sedikit bodor tapi banyak benarnya. Bukan menakut-nakuti sih tapi memang begitu adanya.<br />
<br />
Tapi seperti juga kalimat tersebut, bahwa pada saat yang sama, menjadi ibu juga sangat sangat sangat membahagiakan. Tidak pernah terbayangkan dalam benak Emak, ada seorang manusia, kecil, mungil yang begitu bahagia, tersenyum lebar, kokorajatan (apa atuh yah bahasa Indonesianya) ketika melihat Emak. Begitu heppiii banget pindah ke pelukan Emak. <i>Oh really that's sooooo</i>....kemudian <i>speachless</i>. Rasanya belum pernah ada orang yang sebahagia itu ketika melihat Emak, bahkan dalam kondisi lusuh berdaster belum mandi dari pagi. hahhaa. Rasanya <i>snuggling </i>berdua sama si bayik sampa tertidur (dan Emak pun ikut ketiduran), rasanya melihat anak (akhirnyaa) makan dengan lahap, rasanya melihat anak mulai meniru (yang ditiru gerakan <i>headbang </i>Apanya sama bersin Engkongnya. duuh aduh ahaha) dan banyak saat-saat lainya yang membuat Emak merasakan yang istilahnya "<i>beyond grateful</i>".<br />
<br />
<i>"Ketika menjadi ibu, kau mendapatkan banyak kenangan baik yang sangat kuat untuk menghangatkanmu di kemudian hari"</i><br />
<br />
Berhasil melewat fase melahirkan yang sedaaap banget aja sudah menjadi cukup bukti kuat bahwa kita sebagai perempuan tuh kuat bangeet. Jadi apa sih yang kita ga bisa? Oh Jumawa Emak haha. Tapi ya kaan. Belum lagi energi yang entah datang dari mana, ketika ibu baru tidur jam 3 subuh dan jam 5 sudah bangun lagi untuk menyiapkan keperluan bayi lalu tetap ON main seharian sama anak sampai bobo lagi. Padahal dulu waktu kuliah, selesai begadang membuat tugas, pulang kuliah balas dendam tidur sepuasnya haha. Energ itu, kekuatan itu, adalah kekuatan seorang ibu.<br />
<br />
Ingat ketika anak sakit dan yang ia cari adalah ibu sambil menangis. Lalu begitu terbenam dalam pelukan ibu, si anak begitu tenang dan tertidur. <i>THAT'S IT MOM! </i>IYAA ITUU. Itulah kekuatanmu yang tidak dimiliki oleh siapapun. Pun jika memang sakitnya anakmu ada andil ketidaktahuanmu, toh pelukanmu yang mampu menenangkannya, sentuhanmu yang membantu menyembuhkannya. Jauh lebih berharga dari obat paling mahal dari dokter paling ahli manapun.<br />
<br />
Semua memori itu, momen baik itu. Simpan, jaga, tumbuhkan. Kelak ia akan menghangatkan hatimu, menguatkan langkahmu untuk menghadapi apapun yang terasa lebih berat di depan sana. Percayalah "<i>you are enough, Mom</i>". Jika sesekali kalimat pertama di tulisan ini muncul, ya memang begitu adanya. Menjadi ibu tidak semudah itu tapi jelas memang sebahagia itu. Semua orang bisa mencoba memberitahumu Apa dan Bagaimana menjadi seorang ibu. Tapi percayalah tidak ada yang lebih tahu dari dirimu sendiri.<br />
<br />
So, untuk menguatkan kita para ibu ketika kalimat di atas muncul kembali<br />
<br />
"<i>When you life seems tough, you are tougher than it. When the day feels hard, you know you'll try harder to get through i</i>t"<br />
<br />
Peluk, Hangat. Untuk semua para ibu.<br />
<br />
<br />
Love,<br />
Emak.Emak Diganhttp://www.blogger.com/profile/00175645830949648929noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-7320373811643842069.post-19085068119588626552018-08-16T10:13:00.001-07:002018-08-16T10:13:24.876-07:00Pembuka dari EmakHai! Ini Emaknya Digan. Emak Izza yang mencoba menulis lagi dan berbagi kisah suka duka perjalanan menjadi seorang ibu, menjadi orangtua untuk Digan Ananta Zaro.<br />
<br />
Di Blog ini, Emak akan mencoba banyak berbagi, mungkin dengan sedikit bumbu curhat. Tapi semoga saja lebih banyak manfaatnya dibanding mudharatnya karena kebanyakan curhatnya haha.<br />
<br />
Semoga siapapun yang mampir dan menyimak sejenak cerita-cerita Emak akan sedikit terhibur hatinya atau syukur-syukur terbantu karena mendapat informasi seputar parenting, kheusesnya motherhood dan seluk beluk mengasuh anak (which is ga mudaah ternyata. fiuh)<br />
<br />
Ini salam pembuka dari Emak. Semoga akan banyak salam salam berikutnya yang tentunya hangat dan tulus.<br />
<br />
Semoga hati selalu terasa hangat, meski cuaca tak selalu cerah<br />
<br />
Selamat menikmati β€Emak Diganhttp://www.blogger.com/profile/00175645830949648929noreply@blogger.com0